Haiti - Ribuan orang dideportasi AS dan kembali ke Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince. Situasi ibu kota yang berbahaya memaksa mereka untuk berjuang tetap bertahan hidup.
Foto
Potret Muram Warga Haiti Hadapi Situasi Mencekam

Sebanyak 2.334 orang yang dideportasi AS dilaporkan telah tiba di Ibu Kota Haiti, Port-au-Prince, sejak pekan lalu. Namun situasi ibu kota kini lebih berbahaya dibanding saat mereka pergi beberapa tahun sebelumnya. Β
Banyak diantara ribuan orang yang dideportasi tersebut baru menginjakkan kakinya kembali di ibu kota Port-au-Prince tersebut setelah lama tak kembali. Β
Port-au-Prince adalah ibu kota yang diselimuti asap dan debu dan seringkali dihantui dengan suara tembakan senjata api dan kekerasan. Β
Seluruh bagian kota tersebut berada di bawah kendali kelompok-kelompok tertentu. Kekuatan polisi pun tidak mampu mengendalikan mereka. Β
Diketahui ada sekitar 100 kelompok atau geng di Port-au-Prince, namun tidak ada yang mengetahui jumlah pasti kelompok-kelompok tersebut.Β Β
Pada hari Sabtu (25/9), sebuah surat kabar lokal melaporkan terjadi 10 penculikan dalam 24 jam terakhir. Para korban mencakup wartawan, ibu seorang penyanyi dan sepasang suami istri yang mengemudikan kendaraan bersama anak mereka, yang ditinggal di dalam mobil. Β
Meskipun negara tersebut memiliki perdana menteri, pemerintah Haiti tetap tidak ambil peran dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di negaranya. Β
Sebagian besar penduduk Port-au-Prince tidak memiliki akses yang memadai seperti sarana air minum atau listrik. Β
Orang-orang yang dideportasi akan bergabung dengan ribuan warga Haiti lainnya yang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka karena aksi kekerasan. Β
Para pengungsi ini terpaksa tinggal di sekolah, gereja, pusat olahraga, hingga kamp-kamp darurat yang dibangun diantara puing-puing reruntuhan. Β
Menurut PBB ada lebih dari 18.000 orang yang mengungsi di Port-au-Prince sejak kekerasan antar kelompok meningkat pada bulan Mei lalu.Β Β