Bekasi - Bagi sebagian warga Kampung Kedung Ringin, Sukawangi, Kabupaten Bekasi, air bersih merupakan barang mewah. Krisis air bersih berlangsung selama bertahun-tahun.
Foto
Miris, Masih Ada Krisis Air Bersih di Utara Bekasi

Air adalah sumber kehidupan manusia. Sejak dalam kandungan hingga lahir ke dunia manusia tidak lepas dari air yang menjadi kebutuhan dasar. Tubuh manusia terdiri dari 70% air. Hal itu menjadikan air sebagai unsur paling dominan yang membentuk tubuh kita. Oleh karenanya tidak dapat dipungkiri, air menjadi hal yang diperebutkan dan dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap makhluk hidup di dunia ini membutuhkan ketersediaan air bersih.
Namun, untuk sebagian besar warga yang tinggal di Kampung Kedung Ringin, Desa Sukaringin, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, air bersih menjadi hal yang sulit untuk didapatkan. Di lokasi ini terjadi krisis air bersih yang berlangsung sejak bertahun-tahun lalu. Air bersih menjadi barang mewah.
Menurut Ketua RW 9, Aman (47) untuk mendapatkan air bersih warga harus melakukan pengeboran air tanah hingga kedalaman ratusan meter. Biayanya puluhan juta rupiah. Itu pun hasilnya terasa payau dan asin meski bening.
Singkat kisah, air bor tersebut tidak layak konsumsi maupun digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, mandi dan memasak. Di RW 09 terdapat satu sumur bor pompa yang dibangun secara swadaya oleh warga untuk memenuhi kebutuhan ratusan kepala keluarga namun karena kondisi saat ini musim kering air yang keluar sedikit dan kurang jernih.
Seperti yang dialami oleh Farida (40) terpaksa menggunakan air kotor yang yang tidak layak yang bersumber dari air sumur dengan kedalaman hanya 5 meter. Air yang dihasilkan sumur tersebut berwarna hitam, berminyak dan mengeluarkan bau tak sedap. Sumur ini digunakan oleh sekitar 40 rumah dengan 160 jiwa yang terletak di RT 05 RW 09.
Farida mengaku telah menggunakan air sumur yang tidak layak pakai ini lebih dari 8 tahun. Air yang dikumpulkannya tetap berwarna hitam meski telah disaring menggunakan peralatan sederhana berupa pasir, damen (bakaran padi) dan pakaian bekas.Β
Akibatnya, ia sering mengalami gatal-gatal.Β Tidak hanya Farida yang mengalami gatal-gatal, Iis Fariska (28), Suryati (40), Rindu (4) dan Henia (4) gatal pada bagian wajah dan telinga.
GunaΒ memenuhi kebutuhan air untuk konsumsi seperti minum dan masak, warga membeli air dengan harga Rp 5.000/galon. Rata-rata warga disini membutuhkan 2 hingga 3 galon per hari.Β Β
Pemerintah setempat berupaya dengan menyuplai kebutuhan warga dengan memberikan bantuan mengirimkan stok air bersih seperti terlihat pada Selasa (21/9/2021). Air yang dikirimkan sebanyak 4 truk dengan total kapasitas 20.000 liter air bersih.
Kedatangan air bersih ini membuat warga antusias dan berebut. Selama bulan September 2021, air bantuan datang 2 kali. Namun bantuan tersebut hanya bersifat solusi sementara.Β
Warga mengharapkan solusi yang lebih permanen dengan membuat rumah pompa air bersih. Air bersih yang datang hanya bisa digunakan 2 sampai 4 hari untuk memenuhi kebutuhan warga yang tinggal di Kampung Sukaringin.Β Β Β
Persoalan krisis air bersih tentunya tidak hanya terjadi di satu daerah tertentu. Tetapi juga pada beberapa daerah yang ada di Indonesia.
Permasalahan kelangkaan air ini berakar dari perolehan sumber air bersih yang memburuk dan juga ketersediaan sumber air yang menipis.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab krisis air bersih diantaranya perubahan iklim, populasi yang meningkat, dan beberapa akar masalah lainnya.Β
Tidak hanya di Indonesia, di beberapa belahan dunia lain pun mendapatkan dampak yang sama dari fenomena ini.Β Β