Afghanistan - Suara musik kian tenggelam di tengah hiruk pikuk aktivitas di Afghanistan. Pasalnya tak sedikit musisi yang takut untuk berkarya karena Taliban melarang musik.
Foto
Nasib Musisi di Afghanistan Usai Sebulan Taliban Berkuasa

Sebulan usai Taliban menguasai Afghanistan, ingar bingar suara musik kian tenggelam di tengah hiruk pikuk aktivitas masyarakat di negara tersebut.
Berkuasanya Taliban membawa kekhawatiran tersendiri bagi para musisi di Afghanistan. Pasalnya Taliban melarang musik. Dalam wawancara dengan New York Times pada (25/8) lalu, juru bicara Taliban, Zabiullah Mujahid, menyatakan bahwa 'musik dilarang dalam Islam' ketika ditanya apakah kelompoknya akan kembali melarang musik di Afghanistan.
Kematian penyanyi folk Afghanistan, Fawad Andarabi di tangan Taliban beberapa waktu lalu kian membuat para musisi di negara itu takut untuk berkarya karena khawatir berhadapan dengan Taliban.
Melansir AP, terakhir kali Taliban menguasai Afghanistan pada akhir 1990-an, kelompok itu melarang musik. Meski sejauh ini pemerintah baru yang dibentuk oleh Taliban belum mengambil langkah resmi terkait pemutaran musik di negara tersebut, sejumlah anggota kelompok itu di lapangan sudah mulai menegakan aturan mereka sendiri yang tak jarang melecehkan musisi serta tempat musik.
Gelaran acara pernikahan pun berlangsung sunyi karena para musisi takut untuk tampil. Musik yang biasanya menemani para pengemudi melaju di jalanan Afghanistan kini tak lagi terdengar karena takut bila harus berhadapan dengan Taliban saat melewati pos pemeriksaan kelompok tersebut.
Sejumlah tempat karaoke di kawasan Kabul, Afghanistan, pun tak lagi beroperasi usai Taliban menguasai negara tersebut.
Khawatir alat musik akan dirusak Taliban, tak sedikit musisi yang kemudian menyimpan alat-alat musik mereka di tempat tersembunyi dan menguncinya. Hal itu terlihat di kawasan Institut Musik Nasional Afghanistan, sebuah kontainer yang berisi beragam alat musik tampak terkunci di teras institut tersebut.
Sementara itu, Institut ini pernah terkenal dengan inklusivitasnya dan menjadi wajah baru Afghanistan. Namun kini kawasan institut itu dijaga oleh para anggota kelompok Haqqani yang diketahui merupakan sekutu Taliban.
Di gang-gang Kharabat, sebuah lingkungan di Kota Tua Kabul, Afghanistan, di mana musik menjadi profesi turun temurun sejumlah keluarga di lingkungan tersebut kini terpaksa beralih pekerjaan lain. Tak sedikit pula di antaranya yang memilih meninggalkan Afghanistan usai Taliban berkuasa. Â
Melansir AP, Afghanistan dikenal memiliki tradisi musik yang kuat yang dipengaruhi oleh musik klasik Iran dan India. Musik pop pun sempat berkembang di negara itu sebelum kembali dikuasai Taliban. Namun, kembali berkuasanya Taliban di Afghanistan memicu kekhawatiran di kalangan musisi. Mereka khawatir dan takut untuk bermusik karena Taliban diketahui melarang musik.
Tak sedikit musisi yang akhirnya memilih meninggalkan Afghanistan usai Taliban berkuasa. Pasalnya mereka takut menjadi sasaran Taliban. Kematian penyayi folk Afghanistan, Fawad Andarabi yang ditembak Taliban di Lembah Andarab pada Agustus lalu kian membuat para musisi di negara tersebut khawatir akan nasib mereka dan kemungkinan tak dapat bermain musik di bawah kepemimpinan Taliban.
Sejumlah musisi yang masih bertahan di Afghanistan kemudian memilih untuk mencari cara lain untuk menyambung hidup saat musik menjadi hal yang dilarang di negara tersebut. Hal itulah yang membuat musik tak lagi terdengar di negara itu di bawah kepemimpinan Taliban.