Tangerang - Banyak yang tak tahu bagaimana proses kremasi-kematian warga Tionghoa dijalankan. detikcom coba merekam cerita budaya Tionghoa itu dari Cina Benteng, Tangerang.
Foto
Melihat Proses Kremasi Warga Keturunan Tionghoa

KremasiΒ dilakukan sebagai tradisi dari warga keturunan Tionghoa untuk menghormati keluarga yang telah meninggal. Mulai dari dilarung ke laut, dikubur, disimpan di rumah abu hingga abu jenazah yang disimpan di dalam rumah. Tentunya semua itu dilakukan atas wasiat dari si pewaris.
Saat warga keturunan Tionghoa meninggal,Β kremasi jadi salah satu prosesi yangΒ kerap dijalankan. Pewaris biasanya meminta abu kremasi dilarungΒ diΒ laut, disimpan di rumah abu atau di rumah jenazah.
Namun, tradisi merawat abu jenazah di rumah kian terancam jika tidak diteruskan kepada generasi muda. Pasalnya menyimpan abu jenazah di rumah abu dan melarungkannya di lautΒ kerap dipilih karena dinilaiΒ lebih mudah. Meski begitu cara-caraΒ itulah yangΒ mencerminkan sebuah bakti kepada keluarga yang telah pergi.
Sebagai salah satu tradisi turun-temurun, kremasi kerap dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa bila ada anggota keluarga yang tutup usia. Nantinya sisa pembakaran seperti tulang ataupun abu akan dimasukkan ke kantong jenazah berukuran kecil.
Rumah abu merupakan tempat dimana keluarga dapat menitipkan abu jenazah, keluarga dapat meletakkan foto, abu jenazah yang ditaruh di dalam guci hingga barang kesukaan almarhum.
Sementara jika dilarung keluarga akan berangkat ke laut hingga menjauh 1 km dari daratan. Biasanya keluarga menaiki satu perahu bersama-sama.
Disanalah abu jenazah dilepaskan, pilihan melarungkan jenazah kini lebih dipilih keluarga karena tidak harus membayar sewa kepada rumah abu atau kuburan maupun mengurus abu jenazah di altar rumah.
Sejumlah keluarga menaburkan bunga usai melarung abu janazah dari atas perahu di bilangan pantai UtaraΒ Jakarta.
Jika ingin bersembahyang atau mengirim doa biasanya keluarga dapat berangkat kembali ke laut dengan kapal, namun ada juga yang menabur bunga di aliran sungai karena nantinya akan bermuara ke laut juga.Β Seperti warga keturunan Tionghoa lainnya tradisi sembayang untuk keluarga biasanya dalam setahun ada tiga hari dalam kalender cina seperti Che Ko, Cheng Beng, dan Ko Nyan.
Sementara di Kawasan Pasar lama atau Cina Benteng pasangan suami istri Go Beng Ho atau Heri Gozali dan Suryati atau Hong Nio berwasiat kepada ketujuh anaknya untuk menyimpan abu jenazah di rumah setelah kedua pasangan itu meninggal. Sebagai bentuk rasa bakti dan hormat kepada orang tua yang telah meninggal, ketujuh anak menyimpan abu di rumah yang berlokasi di Pasar Lama Tangerang atau lebih dikenal dengan kawasan Cina Benteng.