Kulon Progo - Seorang pria lansia telah tinggal di tengah area pemakaman umum selama 10 tahun. Aksi ini dilakukan untuk menebus rasa bersalah terhadap mendiang orang tuanya.
Foto
Lansia Ini 10 Tahun Tinggal di Makam Orang Tuanya

Sekilas tak ada yang aneh di area pemakaman umum Dusun Karang Tengah Kidul, Kalurahan Margosari, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Dari luar nampak ratusan nisan berjejer rapi dengan aneka ornamen yang menghiasinya. Terdapat pula aneka pohon yang biasa tumbuh di area pemakaman, seperti pohon kamboja, puring, hingga kantil.
Namun jika kita masuk ke tengah area makam, bakal menemukan sebuah bangunan bercat hijau yang di dalamnya terdapat sejumlah nisan. Bangunan yang biasa disebut cungkup itu menjadi tempat Waluyo tinggal selama satu dasawarsa terakhir.
Saat ditemui detikcom, Rabu (2/6/2021) sore, Waluyo tengah bersantai di atas karpet merah lusuh yang terbentang di pelataran cungkup. Karpet itu menjadi alas tidur lelaki kelahiran 1957 tersebut.
Waluyo sudah tinggal di situ sejak 2011 silam. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pria bertubuh tambun ini bekerja serabutan. Paling sering jadi kuli bangunan. Pantang baginya meminta uang secara cuma-cuma.
Masa kecil Waluyo dihabiskan di Karang Tengah Kidul. Beranjak dewasa, ia memutuskan merantau ke Lampung. Aksinya itu dilakukan pada tahun 1976 atau dua tahun setelah ayahnya meninggal dunia.
Di tanah rantau itu, Waluyo memulai hidup baru. Ia bekerja, mencari nafkah, untuk menghidupi istri dan enam anaknya. Hal itu ia jalani selama puluhan tahun. Selama itu pula ia jarang sekali pulang ke kampung halamannya. Hingga suatu hari muncul rasa rindu dan bersalah di benak Waluyo.
Dari perasaan itu, Waluyo memantapkan tekad untuk kembali ke tanah kelahirannya. Sekitar pertengahan 2011 ia akhirnya pulang, tetapi tidak ke bekas rumahnya dulu, melainkan ke makam ayah dan leluhurnya di Karang Tengah Kidul.
Saat itu kata Waluyo, kondisi makam sangat memprihatinkan. Di sekelilingnya banyak ditumbuhi tanaman liar. Singkatnya makam tak terurus. Dari sinilah Waluyo lantas berikrar, bakal mengurus makam tersebut hingga terlihat layak. Sebelum masa itu tiba, ia berjanji tidak akan pulang ke Lampung.
Waluyo mengatakan, tinggal di makam sebagai jalan untuknya berbakti kepada orang tua. Ia menyebut, bisa dengan mudah mendoakan di dekat makam ayahnya. Di sisi lain ia merasa ada utang budi ke orang tua, dan rasa bersalah karena tidak mengurus ayahnya selama puluhan tahun.