Jakarta - Wimar Witoelar meninggal dunia Rabu (19/5) pagi. Wimar dikenal sebagai pegiat media hingga pernah jadi juru bicara kepresidenan saat Gus Dur menjabat.
Foto
Mengenang Wimar Witoelar Dalam Bingkai Foto

Wimar Witular lahir di Surabaya, Jawa Timur, 14 Juli 1945 adalah putra termuda dari lima bersaudara pasangan Raden Achmad Witoelar Kartaadipoetra dan Nyi Raden Toti Soetiamah Tanoekoesoemah. Rengga Sancaya/detikcom Β
Wimar Witoelar meninggal dunia Rabu (19/5) pagi. Wimar dikenal sebagai pegiat media hingga pernah jadi juru bicara kepresidenan saat Gus Dur menjabat. dok.Twitter Β
Wimar didiagnosis menderita sepsis. Managing Director Intermatrix Communications, Erna Indriana, meminta publik memaafkan kesalahan Wimar. dok.Twitter Β
Momen saat Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Sandjojo mendorong kursi roda budayawan Wimar Witoelar mengikuti pawai budaya memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat se-Dunia di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (7/8/2016). dok. detikcom Β
Momen saat Wimar Witoelar bersama kelompok massa bernama Alumni Menteng 64 mendeklarasikan dukungan terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Gedung Juang 45 Jakarta, tahun 2019. CNN Indonesia/Safir Makki Β
Beginilah potret saat Wimar Witoelar menjadi pengusaha di Jakarta, 1983. TEMPO/Yan Triasmoro Β
Wimar Witoelar bersama Ester Indahyani Jusuf Purba dan rekan di acara seminar perkosaan massal, Jakarta, September 1998. TEMPO/ Rini PWI Β
Dari kiri: Taufik Kiemas, Akbar Tandjung (mantan Ketua DPR), Jenderal Purnawirawan Wiranto (mantan Panglima ABRI), Megawati Soekarnoputri (mantan Presiden), Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (mantan Presiden), Try Sutrisno (mantan Wakil Presiden), Hariman Siregar, dan Wimar Witoelar, dalam pertemuan sejumlah tokoh nasional di kediaman Gus Dur, Warung Silah, Ciganjur, Jakarta, Jum'at, 12 Agustus 2005. Dalam pertemuan tersebut membicarakan seputar penandatanganan nota kesepahaman masalah Aceh antara pemerintah dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005, dan meminta pemerintah untuk lebih terbuka kepada publik mengenai hasil proses penyelesaian damai tersebut. TEMPO/Gunawan Wicaksono Β
Wimar Witoelar bersama Sri Mulyani Indrawati pada kongres PDI di Bali, 1998. TEMPO/Jalil Hakim Β