Kabupaten Hulu Sungai Tengah - Suku Dayak Meratus menjadi yang paling terdampak dari banjir di Kalimantan Selatan. Akses darat yang buruk membuat pengiriman logistik ditempuh lewat udara.
Foto
Suku Dayak Meratus Korban Banjir Kalsel Dipasok Logistik Lewat Udara

Sejumlah warga melihat helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat tiba mengantarkan logistik bantuan korban banjir bandang di Desa Datar Ajab, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Minggu (24/1/2021).
Bantuan berupa tenda, sembako serta perlatan dapur dari TNI Angkatan Udara Lanud Sjamsudin Noor, Dharma Pertiwi Peduli, Kepala Staf Angkatan Udara dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel itu didistribusikan melalui jalur udara ke wilayah pedalaman pegunungan Meratus.
Satu unit helikopter TNI pun dikerahkan untuk mengirim logistik ke lokasi banjir dan longsor di Desa Datar Ajab, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Pengiriman dengan helikopter ini dilakukan karena akses darat yang sulit dilalui.
Komandan Korem 101 Antasari Brigjen Firmansyah mengatakan bantuan yang dikirim dipusatkan di kawasan terdampak langsung banjir bandang dan longsor. Pengiriman dilakukan dalam dua kali perjalanan setiap harinya.
Firmansyah mengatakan bantuan logistik itu diberikan langsung ke daerah yang terisolasi. Helikopter didaratkan langsung ke tempat yang aman sehingga barang-barang yang dikirim tidak rusak.
Bantuan berupa BBM jenis pertamax dan minyak tanah juga dikirim dari PT Pertamina (Persero) ke wilayah pedalaman Pegunungan Meratus untuk digunakan sebagai operasional para relawan serta kebutuhan dapur umum.
Puskesad TNI Angkatan Darat juga telah memeriksa 400 warga yang menjadi korban banjir hingga menjangkau pedalaman meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dalam operasi bantuan penanganan banjir di Kalimantan Selatan.
Sebelumnya, banjir dan tanah longsor melanda kawasan Desa Ajab, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, pada pertengahan Januari 2021.
Tak hanya meluluhlantakkan sejumlah desa, banjir juga menelan korban jiwa. Warga Hantakan yang mayoritas Komunitas adat Dayak Meratus termasuk yang paling terdampak.
Bantuan kegawatdaruratan dan logistik pun sempat terhambat karena akses menuju desa hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama beberapa jam.