Solo - Pekerja memotret kertas koran yang telah terbit dari tahun 50an hingga 2000 awal untuk dialih digitalkan di Monumen Pers, Solo, Jawa Tengah. Begini prosesnya.
Foto
Mengintip Proses Digitalisasi Koran Cetak

Setiap harinya mereka mampu menyelesaikan sekitar 80 koran cetak atau sekitar 700-an lembar untuk digunakan sebagai dokumentasi alih media serta bahan edukasi.
Pegawai bagian konservasi preservasi melakukan proses digitalisasi halaman koran di Monumen Pers Nasional, Solo, Jawa Tengah,Β Selasa (24/11).
Penurunan tingkat kepembacaan selama beberapa tahun terakhir, memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan media cetak. Salah satu dampaknya adalah terjadinya pengurangan belanja iklan yang menyebabkan beberapa media cetak harus berhenti beroperasi atau beralih ke format digital.
Tren tersebut sejatinya sudah dibayangkan oleh para praktisi media. Asosiasi Surat Kabar dan Percetakan Dunia (World Association of Newspaper and News Publisher/WAN-IFRA) pada tahun 2012 pernah menyebut bahwa sebanyak 1% perubahan yang terjadi di sirkulasi media cetak dapat menyebabkan 3% perubahan pendapatan iklan.
Nielsen Indonesia mencatat, jumlah media cetak mengalami penurunan, khususnya majalah dari 162 judul pada tahun 2012 menjadi 96 judul pada tahun 2017. Sedangkan surat kabar turun tiga judul dalam periode yang sama, yaitu dari 102 menjadi 99 judul.
Survei bertajuk Nielsen Consumer & Media View (CMV) Q3 2017 itu juga melansir bahwa saat ini media cetak (termasuk koran, majalah dan tabloid) memiliki penetrasi sebesar 8% dan dibaca oleh 4,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 83%nya membaca koran. Alasan para pembaca masih memilih surat kabar adalah nilai berita yang dapat dipercaya.