Bandung - Peringatan hari Pahlawan juga dilakukan dengan acara tabur bunga di pemakaman korban perang di Ereveld Pandu, Kota Bandung. Begini potretnya.
Foto
Aksi Tabur Bunga untuk Korban Perang di Makam Ereveld Bandung

Ereveld Pandu merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi 3.842 korban perang saat masa penjajahan Jepang, dan juga pada masa Agresi Militer Belanda pada tahun 1945-1949. Banyak korban yang gugur, baik dari Indonesia maupun Belanda ketika itu.
Lantunan lagu Auld Lang Syne mengiringi peringatan jatuhnya ribuan korban perang yang dimakamkan di Ereveld Pandu, Kota Bandung pada Selasa (10/11/2020). Suara khas yang keluar dari lubang doedelzak (bagpipes) atau tas pipa membuat peringatan bersama yang dilakukan Lokra dan Oorlogsgraven Stichting Indonesie semakin syahdu.
Kelamnya peperangan tak hanya menewaskan orang dewasa, jiwa anak-anak tak berdosa pun terenggut di dalamnya. Anak-anak yang meninggal dalam peperangan, sebagian dimakamkan di Ereveled. Nisan mereka ukurannya lebih kecil, dibandingkan nisan-nisan yang lainnya.
Meski diperingati bersamaan dengan Hari Pahlawan, bukan berarti orang-orang yang dimakamkan di Ereveld bisa disebut pahlawan. Meskipun ada, Ia menyebutnya dengan sebutan korban perang.
Ia berharap peringatan yang dilakukan secara bersama ini bisa membuat pemahaman yang lebih baik antara Indonesia dan Belanda, begitu juga agar generasi mendatang bisa belajar dari masa lalu.
Pada kesempatan ini, ia pun menguak sejarah, sedianya pada masa kolonial dahulu warga sipil Belanda pun dipaksa untuk terjun ke daerah jajahan. Bila menolak, sipil Belanda yang rata-rata berusia 18 tahun itu akan dihukum kurungan penjara selama lima tahun.
Direktur Oorlogsgraven Stichting Indonesie Robbert van de Rijdt tak kuasa menahan kesedihannya, ia pun mengikuti prosesi tabur bunga di depan makam anak-anak korban perang bersamaan dengan sekelompok anak yang berpakaian pangsi hitam.