Jakarta - Pemerintah China dikabarkan ambil sejumlah langkah untuk tekan jumlah populasi etnis Uighur. Mulai dari memaksa wanita Uighur gunakan kontrasepsi hingga aborsi.
Foto
China Tekan Populasi Etnis Uighur Lewat Kontrasepsi-Aborsi

Pemerintah China dikabarkan mengambil sejumlah langkah untuk menekan jumlah populasi etnis Uighur dan minoritas lainnya di Negeri Tirai Bambu. Dilansir dari AP News, sejumlah langkah untuk menekan jumlah populasi itu diantaranya memaksa wanita Uighur untuk menggunakan alat kontrasepsi, sterilisasi, hingga bahkan aborsi. AP Photo/Mukhit Toktassyn.
Negara pun diketahui secara teratur mewajibkan para wanita dari etnis minoritas tersebut untuk memeriksakan kehamilan mereka. Seperti diketahui, mengutip dari AP News, meskipun penggunaan alat kontrasepsi dan sterilisasi mengalami penurunan secara nasional, penggunaan alat kontrasepsi serta sterilisasi justru meningkat tajam di kawasan Xinjiang. AP Photo/Andy Wong.
Upaya pengendalian kontrol kelahiran bagi etnis Uighur dan minoritas lainnya justru berbanding terbalik dengan dorongan pemerintah China bagi sebagian mayoritas Han di negara itu untuk memiliki lebih banyak anak. Hal itu pun kemudian membuat sejumlah ahli menyebut upaya untuk menekan populasi etnis minoritas tersebut sebagai 'genosida demografi'. AP Photo/Ng Han Guan.
Terkait dengan pengendalian kelahiran secara paksa bagi etnis Uighur dan minoritas di kawasan China itu berdasarkan penyelidikan AP yang mengacu pada data statistik pemerintah, dokumen negara dan wawancara dengan 30 mantan tahanan, anggota keluarga, serta instruktur tahanan terdahulu, diketahui telah dilakukan secara luas dan sistematis daripada yang diketahui sebelumnya. AP Photo/Nathan Ellgren.
Dilansir dari AP News, langkah-langkah pengendalian populasi terhadap etnis Uighur tersebut didukung oleh penahanan massal baik sebagai ancaman maupun tindakan hukuman karena dianggap tidak mematuhi peraturan. Memiliki terlalu banyak anak dapat menajdi alasan utama seorang etnis Uighur dikirim ke kamp-kamp penahanan. AP menemukan, tidak sedikit anggota keluarga dipisahkan dari keluarga mereka kecuali dapat membayar denda dengan harga yang cukup tinggi untuk membebaskan anggota keluarganya. AP Photo/Mukhit Toktassyn.
Denda bagi etnis Uighur yang memiliki anak lebih dari dua pun dialami oleh Gulnar Omirzakh. Setelah melahirkan anak ketiganya, pemerintah memerintahkannya untuk memasang alat kontrasepsi. Dua tahun kemudian, sejumlah orang berpakaian militer mengetuk rumah Omirzakh yang merupakan istri seorang pedagang sayur miskin untuk membayar denda sebesar $2.685 karena memiliki anak lebih dari dua. AP Photo/Mukhit Toktassyn.
Omirzakh pun diperingatkan oleh sejumlah orang yang berpakaian militer tersebut jika tidak membayarkan denda maka dirinya akan turut bergabung dengan suaminya yang sebelumnya telah lebih dulu ditahan di kamp pengasingan. AP Photo/Mukhit Toktassyn.
Mengacu pada AP News, upaya pemerintah China untuk mengendalikan populasi etnis minoritas tersebut pun terlihat dari menurunnya tingkat kelahiran lebih dari 60% di sebagian besar wilayah Uighur di Hotan dan Kashgar dari tahun 2015 hingga 2018, tahun terakhir yang tersedia dalam statistik pemerintah. Sementara itu, di wilayah Xinjiang, angka kelahiran juga terus mengalami penurunan. Pada tahun lalu saja tingkat kelahiran di kawasan Xinjiang mengalami penurunan hampir menyentuh 24%, dibandingkan dengan statistik seluruh negeri yang menyentuh angka 4,2%. AP Photo/Andy Wong.
Sementara itu, terkait dengan kabar pengendalian kelahiran bagi etnis minoritas, Kementerian Luar Negeri China menyebut bahwa kabar tersebut adalah 'palsu'. Karena mereka mengatakan bahwa pemerintah memperlakukan semua etnis secara adil serta melindungi hak-hak hukum para minoritas di Negeri Tirai Bambu. AP Photo/Ng Han Guan.
Meski di atas kerta etnis minoritas di China memiliki hak yang sama dan setara, nyatanya di dalam praktiknya, orang China Han sebagian besar terhindar dari paksaan untuk menggunakan kontrasepsi, sterilisasi, bahkan aborsi. Sementara itu, Omirzakh dan sejumlah Muslim di pedesaan justru mendapat tekanan dan dihukum karena memiliki anak lebih dari dua. AP Photo/Andy Wong.