Akankah Bangunan Bersejarah Ini Hilang dan Beralih Fungsi?

Sebuah bangunan cagar budaya yang menjadi tonggak sejarah perjuangan bangsa, Gedung Antara yang terletak di Kawasan Pasar Baru tengah mengalami polemik. Seperti apa?

Seperti diketahui gedung yang menjadi pusat penyebaran berita kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia itu dimulai dari gedung ini. Seperti yang terpampang di depan gedung Antara "Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dipancarkan keseluruh penjuru dunia dari gedung bersejarah ini"

Polemik ini sebenarnya telah bergulir selama beberapa tahun terakhir dibawah kepemimpinan Direktur Utama perusahaan plat merah Antara yang kini menjabat. Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) yang ada di gedung ini rencananya akan dikosongkan dan beralih fungsi.

Padahal gedung bersejarah ini memiliki nilai historis yang cukup tinggi sebagai tonggak sejarah bangsa Indonesia. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Nantinya gedung itu akan bisa disewakan kepada umum guna kepentingan berbagai acara, seperti pernikahan, seminar, dan lainnya.

Flashback, Sejak September 1954, Dewan Redaksi Antara meminta wali kota pada waktu itu agar pemakaian maupun pemeliharaan gedung diserahkan kepada Kantor Berita Antara.

Sejak saat itulah, Oktober 1958, Kantor Berita Antara menerima pemberitahuan, penguasa perang daerah Jakarta Raya untuk menggunakan gedung itu sebagai gedung bersejarah. Yang hingga kini dipakai dan dimanfaatkan oleh Biro Foto Kantor Berita Antara.

Dan, Sejak April 1959, SK Menteri P dan K.K Prijono No.35567 yang menyatakan gedung itu termasuk dalam satu gedung yang dilindungi.

Dan pada tahun 1993, Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta No.475/1993 menyatakan Gedung itu termasuk dalam salah satu gedung yang dilindungi.

Gedung yang sarat sejarah itu kini bernama Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara yang terletak di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Keberadaanya kini terancam dan terus menjadi polemik ditubuh internal Kantor Berita Indonesia, Antara.

Sejak polemik itu bergulir, aktivitas di Gedung Antara Pasar Baru pun menjadi tersendat dan tak berjalan sebagaimana mestinya. Tempat yang biasa mencetak pewarta Foto ini, Sudah dua tahun terakhir tak bergeming, tak ada generasi baru yang dicetak dari kelas foto jurnalistik Antara di sini.

Workshop fotografi jurnalistik yang telah dimulai sejak 1992 itu pun sudah mulai terhenti di tahun 2018 lalu. Padahal, tak sedikit peminatnya dan jebolan dari GFJA (Galeri Foto Jurnalistik Antara) ini mencetak pewarta foto Indonesia handal yang bergelut di bidang jurnalistik Indonesia.

Kini, Galeri foto jurnalistik pertama di Asia Tenggara itu tengah mengalami polemik yang tak sederhana. Gejolak pun terus terjadi dan bergulir di dalam tubuh punggawanya sendiri.

Isu penghilangan dan penghapusan divisi foto dan Museum serta Galeri Foto itu tengah ditolak oleh sebagian penghuninya karena tentunya bisa sekaligus mengancam gedung yang bersejarah itu beralih fungsi.

Beragam mural bergambar Presiden Soekarno dan Hatta pun turut menghiasi setiap dinding galeri yang terletak di Kawasan Pasar Baru ini.

Gedung yang memilik ciri khas bangunan Belanda ini turut menjadi saksi sejarah akan penyebaran informasi atau pemberitaan tentang Kemerdekaan Indonesia kepunjuru dunia. Begitu juga dengan keberadaanya kini. Galeri Foto Jurnalistik Antara juga banyak mencetak pewarta foto handal ke seluruh pelosok negeri.

Akankah gedung yang bersejarah ini hilang dan beralih fungsi? Atau malah akan bisa menjadi cerita kisah akhir galeri foto karya para pewarta foto yang bisa mejeng di tembok ini. Hanya ada satu kata, Lawan! dan Merdeka yang kita dapatkan. Seperti yang tertulis di salah satu sisi tembok Galeri ini.