Jakarta - Miangas juga punya kerajinan khas berupa anyaman tradisional. Namun, karya seni ini sudah jarang ditemukan.
Foto
Intip Proses Pembuatan Kerajinan Anyaman Khas Miangas

Perkenalkan Dorlince Bulele, salah seorang pengrajin anyaman di Pulau Miangas.
Dari rumah sederhana ini, Dorlince mengatakan bahwa dia kini hanya membuat topi jika ada pesanan dari tamu atau pejabat yang datang.
Wanita berusia 60 tahun ini juga mengatakan bahwa kini sisa 3 orang saja termasuk dirinya yang bisa membuat topi dan tikar anyaman.
Tak ada anak muda yang mau melanjutkan budaya menganyam topi dan tikar.
Selain sulit, alasan lain yang membuat usaha topi anyaman ini hampir mati adalah sulitnya ditemukan bahan untuk membuat topi ini.
Bahan baku topi dan tikar anyaman ini adalah daun pondan yang biasa tumbuh di pinggir pantai.
Setelah dipotong sesuai dengan kebutuhan dan dibuang durinya, daun ini kemudian dijemur hingga kering. Setelah kering baru di rendam dengan air yang telah diberi pewarna. Ada 5 warna yang tersedia yaitu ungu, pink, hijau, putih dan merah darah.
Karya khas Miangas ini berusaha untuk digenjor Rumah Kreatif BUMN (RKB) milik BRI yang ada di Miangas. Meita Sul Halena Lantaa, koordinator RKB BRI Miangas mengatakan bahwa kuranganya kemauan warga untuk mengembangakan industri kreatif di Miangas ini menjadi salah satu kendala perkembangan RKB BRI.
Pulau yang berpenduduk kurang lebih seribu jiwa ini kebanyakan bermata pencaharian sebagai pedagang sembako, nelayan, dan petani kelapa. Meskipun sudah ada bandara yang meningkatkan jumlah kunjungan ke Miangas, tapi tak begitu membuat perubahan banyak di sektor pariwisatanya.
Detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini, ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!