Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung

Foto

Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung

Annisa Nursalsabillah - detikNews
Selasa, 30 Jul 2019 13:38 WIB

Bandung - Berangkat dari rasa kepedulian terhadap sesama penyandang disabilitas, Tatang (50) menyulap rumahnya menjadi SLB. Sekolah itu ia namakan SLB ABCD Caringin.

Seorang pria tunanetra bernama Tatang (50) menghabiskan 16 tahun hidupnya untuk merintis membangun sebuah sekolah yang ia beri nama SLB ABCD Caringin di Kota Bandung, Jawa Barat.

Tatang sendiri mengalami gangguan penglihatan sejak lahir. Sampai ketika ia duduk di bangku SMP, dokter memutuskan untuk mengoperasi matanya agar dapat memakai kacamata. Namun sayang, operasi tersebut gagal hingga menyebabkan matanya buta total. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Ia bahkan berhasil meneruskan sekolahnya hingga lulus dari Antropologi Fisip Unpad pada tahun 1998.

Setelah lulus, ia mendapati keadaan bahwa anak-anak disabilitas di daerahnya banyak yang tidak bersekolah karena belum terdapat banyak SLB. Bila ingin pergi sekolah, mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh ke daerah Padjajaran. Terlebih anak-anak disabilitas ini kebanyakan berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Berangkat dari rasa kepeduliannya terhadap sesama penyandang disabilitas, Tatang bersama almarhum kakaknya merintis sekolah luar biasa tersebut. Saat bertemu detikcom, Tatang bercerita bahwa sekolah tersebut didirikan di bekas rumahnya di tahun 2003.

ABCD yang ada di nama sekolah itu adalah istilah untuk menandakan jenis-jenis disabilitas yaitu A untuk anak tunanetra, B untuk anak tunarungu, C untuk anak yang memiliki kemampuan intelegensi di bawah rata-rata dan keterbelakangan mental (tunagrahita) dan D untuk anak tunadaksa.

Saat ini, SLB ABCD memiliki 43 anak didik mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA. Kebanyakan anak yang bersekolah di sini merupakan penyandang tunagrahita. Sekolah ini juga sudah diampu oleh 13 guru, terdiri dari lima PNS dan delapan honorer. Tiga di antaranya juga merupakan penyandang disabilitas.

SLB ABCD kini memiliki 11 ruang kelas dan ruang serbaguna yang dulunya merupakan kamar. Satu kelas dapat menampung 5-6 siswa. Murid yang sudah berada di tingkat akhir juga tetap melaksanakan Ujian Nasional layaknya murid di sekolah umum. Di sekolah ini, para orang tua juga tidak dibebankan dengan SPP, tergantung kemampuan mereka.

Tatang mengaku biaya operasional sekolahnya itu hanya mengandalkan dana BOS dan sebagian dari itu patungan dipakai untuk membayar gaji honorer. Saat ini ia berharap dapat membangun asrama untuk para muridnya yang memiliki tempat tinggal jauh dari sekolah.

Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung
Mengenal Sosok Tatang, Pria Tunanetra Pendiri SLB di Bandung


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads