Jakarta - Pemprov DKI Jakarta tengah gencar merevitalisasi trotoar di berbagai tempat. Salah satunya yang masih berlangsung adalah revitalisasi trotoar di Cikini.
Foto
Penampakan Proyek Trotoar Cikini yang Bikin Macet

Seorang pejalan kaki melintas di samping proyek revitalisasi trotoar di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Senin (22/7/2019).
Pemprov DKI Jakarta tengah gencar melakukan revitalisasi trotoar di sejumlah tempat. Salah satunya yang masih berlangsung adalah revitalisasi trotoar di Jalan Cikini Raya.
Total trotoar yang akan direvitalisasi sepanjang 10 kilometer dari Cikini hingga Kramat.
Proyek revitalisasi trotoar di Cikini ini sebelumnya ramai menarik perhatian warga. Salah satunya saat Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengkritik pelebaran trotoar di Jalan Cikini Raya yang dinilai membuat macet. Dia menyebut lebar trotoar cukup hanya 1,5 meter saja.
Meski begitu ada pula sejumlah tokoh yang mendukung proyek revitalisasi trotoar di Cikini tersebut. Salah satunya adalah Pakar tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, yang mendukung proyek pelebaran trotoar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Yayat menjelaskan dalam konteks sosiologi, pelayanan terhadap pejalan kaki adalah nomor satu.
Menanggapi pro dan kontra terkait revitalisasi trotoar di Cikini tersebut, Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari, mengatakan kawasan Cikini memang ingin mengutamakan pejalan kaki. Dia menyebut hal ini sebagai wajah baru Jakarta.
Terkait kritikan trotoar selabar 1,5 meter cukup bagi pejalan kaki, Dinas Bina Marga tidak sepakat. Hari bahkan menyebut idealnya trotoar mencapai 4,5-6 meter.
Menurut Hari, 1,5 meter belum mengakomodir semuanya. Trotoar yang ideal 4.5 sampai dengan 6 meter. 1,5 meter untuk pejalan kaki, 1,5 meter untuk disabilitas, 1,5 meter untuk street furniture. 0,5 sampai dengan 1 meter untuk buffer atau amenities. Hari pun mengimbau warga pengguna kendaraan pribadi bisa beralih ke kendaraan umum.