Diperiksa KPK 10 Jam, Eks Presdir Lippo Cikarang Umbar Senyuman

Jakarta - Eks Presiden Direktur (Presdir) Lippo Cikarang Toto Bartholomeus meninggalkan gedung KPK usai diperiksa selama kurang lebih 10 jam. Ia pun mengumbar senyuman.

Saat meninggalkan gedung KPK, Jakarta, Kamis (25/10/2018) malam, Ia hanya berjalan tergesa-gesa sambil mengumbar senyum lebar kepada awak media yang mencegatnya.

Toto diperiksa sekitar 10 jam sebagai saksi untuk tersangka Billy Sindoro dalam kasus suap proyek Meikerta bersama 11 orang lainnya.

KPK memanggil mantan Presiden Direktur Lippo Cikarang Toto Bartholomeus terkait kasus dugaan suap perizinan Meikarta.

Dalam perkara ini, KPK menetapkan sembilan tersangka suap perizinan proyek Meikarta, termasuk Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin.

Para tersangka dari jajaran Pemkab Bekasi itu diduga menerima Rp 7 miliar sebagai bagian dari fee fase pertama yang bernilai total Rp 13 miliar.

Selain mantan Presiden Direktur Lippo Cikarang Toto Bartholomeus, pada hari yang sama juga Presdir Lippo Karawaci Ketut Budi Wijaya dimintai keterangannya oleh KPK.

Diperiksa KPK 10 Jam, Eks Presdir Lippo Cikarang Umbar Senyuman

Foto

Diperiksa KPK 10 Jam, Eks Presdir Lippo Cikarang Umbar Senyuman

Eks Dirut Pertamina Dwi Soetjipto Diperiksa KPK

Eks Pejabat Pajak Tersangka Gratifikasi Rp 21,5 Miliar Diperiksa KPK

Potret Eks Menteri BUMN Rini Soemarno Diperiksa KPK

Rasamala Kembali Diperiksa KPK Sebagai Saksi Kasus TPPU Eks Mentan SYL

Eks Dirut PT Taspen Iqbal Latanro Diperiksa KPK soal Kasus Investasi Fiktif

Ekspresi Eks Kadisdikbud Maluku Utara Saat Diperiksa KPK

Ekspresi Menteri KKP Trenggono usai Diperiksa KPK 2,5 Jam

Ekspresi Wahyu Setiawan Usai 6 Jam Diperiksa KPK soal Harun Masiku

Adhyaksa Awards 2025

Jaksa Bambang Sebut Menjaga Integritas di Era Saat Ini Penuh Tantangan

Mudah dan Cepat, Ini Langkah-Langkah Pendaftaran Kandidat Adhyaksa Awards 2025

Hoegeng Awards 2025

Di Pelosok Donggala, Bripka Annas Berjuang untuk Pendidikan Suku Da'a

Hoegeng Awards 2025

Perjalanan Panjang Kombes Rita dan 2 Kasus PPA yang Tak Terlupakan