Baghdad - Nadia Murad asal Irak yang pernah menjadi budak seks kelompok ISIS, dianugerahi Nobel Perdamaian 2018 atas upayanya memerangi kekerasan seks. Berikut potretnya:
Foto
Potret Nadia Murad, Bekas Budak Seks ISIS Peraih Nobel Perdamaian

Nadia Murad, perempuan Yazidi Irak yang kini berumur 25 tahun, diculik oleh militan ISIS pada 2014 dan dijadikan sebagai budak seks selama 3 bulan, sebelum berhasil meloloskan diri. Foto: Reuters
Sejak lolos dari sekapan ISIS pada November 2014, Murad aktif mengkampanyekan dihentikannya penyelundupan manusia dan menyerukan dunia agar mengambil langkah-langkah tegas, sehingga tak ada lagi pihak-pihak yang menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang. Foto: Reuters
Pada 2016 Dewan Eropa memberi Murad penghargaan hak asasi manusia Vaclav Havel. Saat menerima penghargaan ini di Strasbourg, Prancis, Murad mendesak para militan ISIS diadili di pengadilan internasional. Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Dalam foto ini, Murad selesai berbicara di depan Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB di New York pada 16 Desember 2015. Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Pada tahun 2017, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengangkat Nadia Murad sebagai duta besar khusus. Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Nadia Murad diangkat menjadi Duta Besar Khusus PBB untuk Kemandirian Korban Trafiking Manusia. Dalam foto ini, Murad bertemu para petempur Peshmerga Kurdi di pos pertahanan dekat Sinjar, Irak. Foto: Reuters
Hadiah Nobel Perdamaian 2018 diberikan kepada Nadia Murad dan Denis Mukwege, dokter kandungan asal Kongo, atas jasa-jasa mereka mencegah pemerkosaan sebagai senjata perang. Foto: Reuters
Murad menyebut Nobel Perdamaian ini merupakan kemenangan signifikan bagi semua perempuan yang mengalami kekerasan seksual. "Ini sangat berarti, bukan hanya bagi saya, namun juga bagi semua perempuan di Irak dan seluruh dunia," ujar Murad usai diumumkan sebagai peraih penghargaan bergengsi dunia itu. Foto: BBC World
Anak-anak Yazidi tampak memegang gambar Nadia Murad di kota Duhok, Irak pada 5 Oktober 2018 usai diumumkannya Murad sebagai pemenang hadiah Nobel Perdamaian 2018. Foto: Reuters