Maros - Uniknya, tak satu pun kelelawar yang merusak, apa lagi memakan tumbuhan seperti pisang dan mangga yang ditanam oleh warga.
Foto
Foto: Kampung 'Batman' di Maros, Ribuan Kelelawar Akur dengan Manusia
Kamis, 01 Mar 2018 10:59 WIB

Sudah lebih dari 40 tahun, warga Dusun Parang Tinggia, Sulawesi Selatan, hidup rukun berdamping dengan puluhan ribu ekor kelelawar yang bergelantungan di setiap pohon. Uniknya, tak satupun kelelawar yang merusak, apa lagi memakan tumbuhan seperti pisang dan mangga yang ditanam oleh warga.
Begitupun sebaliknya, warga Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang, Maros, ini sangat menjaga kelestarian kelelawar. Tak ada satu pun warga yang berani mengusik apalagi menangkap. Bahkan, jika ada kelelawar yang sakit dan jatuh dari pohon, oleh warga dirawat bagaikan binatang peliharaan mereka sendiri.Β
Β
"Kami di sini sudah seperti satu keluarga. Mereka memang binatang, tapi sepertinya mengerti menjaga harmoni dengan kami. Mereka mencari makanan di hutan," kata seorang warga, Nuraeni kepada detikcom, Kamis (1/3/2018).Β
Kelelawar ini dulunya dipelihara oleh seorang tokoh adat setempat. Namanya, Kamaruddin Daeng Pawata. Pria yang diperkirakan berumur 80 tahun ini mengaku awalnya memelihara tiga ekor kelelawar yang ia beli dari seseorang di daerah Takalar.Β
Tiga kelelawar ini akhirnya berkembang biak yang hingga saat ini jumlahnya sudah mencapai puluhan ribu ekor. Bahkan, Kamaruddin sendiri sudah tidak mampu mengenali tiga kelelawar yang awalnya ia pelihara di rumahnya.Β
Dari bentuk fisiknya, kelelawar yang ada di dusun ini terbilang langka dan jauh berbeda dengan jenis kelelawar yang juga hidup berdampingan dengan warga di kota Soppeng, Sulawesi Selatan. Kelelawar ini, memiliki bulu putih di dadanya. Beberapa peneliti baik dari lokal maupun mancanegara sudah pernah datang ke dusun itu. Mereka penasaran dengan jenis kelelawar itu yang ada di dusun ini, karena jenisnya hanya bisa ditemukan di daerah Amerika Latin.Β