Pyeongchang - Pemandu sorak (cheerleader) Korea Utara di Olimpiade Pyeongchang 2018 disebut menjadi budak seks. Seperti apa ceritanya?
Foto
Foto: Cheerleader Korut yang Disebut Jadi Budak Seks Rezim Kim Jong Un

Kelompok pemandu sorak (cheerleader) Korut menjadi perhatian khusus selama pelaksanaan Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan (Korsel). (Foto: Dok. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo)
Namun terungkap bahwa mereka sebenarnya dipaksa menjadi budak seks di Korut, hingga dijuluki sebagai 'squad pemuas nafsu'. (Foto: Dok. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo)
Seperti dilansir media Inggris, express.co.uk, Senin (26/2/2018), informasi mengejutkan ini diungkapkan oleh seorang pembelot Korut, Lee So-Yeon (42). Lee merupakan mantan musisi militer Korut yang membelot tahun 2008 lalu.Β (Foto: Dok. Reuters)
Dalam keterangannya kepada Bloomberg, Lee mengklaim bahwa wanita-wanita yang tergabung dalam kelompok pemandu sorak itu menjalani pemeriksaan latar belakang yang sangat ketat, mulai dari penampilan fisik, latar belakang keluarga hingga kesetiaan pada partai berkuasa, Partai Pekerja Korut. (Foto: Dok. Reuters)
"Mungkin tampak seperti pertunjukan yang indah dari luar, tapi tidak hanya mereka harus mempromosikan propaganda Kim Jong-Un, mereka juga harus pergi ke pesta-pesta dan memberikan layanan seks. Mereka pergi ke acara-acara pesta Politburo, dan harus tidur dengan orang-orang di sana, bahkan ketika mereka tidak mau," sebut Lee.Β (Foto: Dok. Reuters)
Lee kini menjadi aktivis anti-Korut dan memimpin Serikat Wanita Korea Baru, kelompok yang membantu wanita pembelot Korut untuk menyesuaikan kehidupan di Korsel. (Foto: Dok. Reuters FILE PHOTO)
Lee mengatakan, pesta-pesta Politburo digelar 'setiap hari' oleh para anggotanya. "Pelanggaran hak asasi manusia semacam itu terjadi, ketika wanita harus mematuhi apapun yang diminta dengan tubuh mereka," ucap Lee. (Foto: Dok. Reuters FILE PHOTO)