Zelensky: Ukraina Siap Gelar Pemilu Jika AS Jamin Keamanan

Zelensky: Ukraina Siap Gelar Pemilu Jika AS Jamin Keamanan

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Rabu, 10 Des 2025 18:09 WIB
Zelensky: Ukraina Siap Gelar Pemilu Jika AS Jamin Keamanan
Jakarta -

Pernyataan tersebut muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengritik Ukraina dalam wawancaranya dengan harian Politico. Menurutnya, sudah saatnya pemerintah di Kyiv mengadakan pemilu, meski dilarang konstitusi.

Kepada wartawan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengaku, "saya pribadi memiliki kemauan dan kesiapan untuk itu," kata dia.

"Sekarang saya meminta, dan saya menyatakannya secara terbuka, agar Amerika Serikat, mungkin bersama rekan-rekan dari Eropa, membantu memastikan keamanan untuk penyelenggaraan pemilu," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan bahwa untuk menggelar pemungutan suara, Ukraina perlu mengubah konstitusi, karena melarang penyelenggaraan pemilihan umum di bawah status darurat militer.

Ukraina belum mengadakan pemilu apa pun sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran pada Februari 2022. Masa jabatan lima tahun Zelenskyy sebenarnya telah berakhir pada Mei 2024. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa Moskow dapat mencoba menggagalkan pemilu dan menempatkan pemimpin yang pro-Rusia.

ADVERTISEMENT

Ukraina menghadapi tekanan AS

Negosiator dari AS dan Ukraina menyelesaikan tiga hari pembicaraan pada akhir pekan untuk mencoba mempersempit perbedaan dalam proposal perdamaian pemerintahan Trump.

Salah satu titik utama yang diperdebatkan adalah usulan bahwa Kyiv harus menyerahkan kendali atas wilayah Donbas di Ukraina timur kepada Rusia, yang menguasai sebagian besar tetapi tidak seluruh wilayah tersebut. Ukraina dan sekutu Eropanya menolak keras menyerahkan wilayah.

"Anda tahu, banyak orang yang tewas," kata Trump kepada Politico, sambil mengklaim bahwa pejabat Ukraina lain—yang hanya ia sebut sebagai "letnan-letnan Zelenskyy, orang-orang teratasnya"—sebenarnya sepakat dengan pemerintah AS.

Berbicara lagi kepada wartawan melalui WhatsApp pada Selasa (09/12), Zelenskyy mengatakan ada tiga dokumen yang sedang dibahas dengan mitra Amerika dan Eropa—dokumen kerangka kerja 20 poin yang terus berubah, dokumen mengenai jaminan keamanan, dan dokumen tentang pemulihan Ukraina. Zelenskyy mengatakan bahwa versi terbaru dari proposal Ukraina akan diserahkan kepada AS pada Rabu (10/12).

Trump mengatakan bahwa Rusia terlalu kuat bagi Ukraina untuk terus bertarung. "Saya sangat menghargai rakyat dan militer Ukraina atas keberanian dan perjuangan mereka," katanya. "Namun, pada titik tertentu, ukuran biasanya akan menang."

Trump menuntut Ukraina agar menggelar pemilihan presiden, meski hukum darurat militer tidak mengizinkan hal itu, dan masa jabatan lima tahun Zelenskyy yang dimulai pada 2019 diperpanjang karena perang. Sikap Trump soal gagalnya Ukraina mengadakan pemilu sejalan dengan pernyataan-pernyataan serupa yang sering disampaikan pemimpin Rusia, Vladimir Putin.

Menanggapi komentar Trump, Zelenskyy meminta bantuan AS dan mungkin Eropa "untuk memastikan keamanan pemilu" dan menyatakan bahwa Ukraina bisa siap mengadakan pemungutan suara dalam 60 hingga 90 hari ke depan.

Pada pernyataan sebelumnya, Zelenskyy berulang kali menolak mengadakan pemilu sampai gencatan senjata tercapai dan darurat militer dicabut—dan sebagian besar rakyat Ukraina mendukung keputusan itu.

Menghadapi musim dingin di tengah perang

Beberapa wilayah Ukraina mengalami pemadaman listrik darurat pada Selasa (09/12) akibat serangan Rusia terhadap infrastruktur energi, menurut operator energi nasional, Ukrenergo.

Wakil kepala kemanusiaan PBB Joyce Msuya mengatakan pada Selasa (09/12) bahwa baru 65% dari 278 juta dolar yang dibutuhkan untuk rencana bantuan musim dingin di Ukraina telah diterima, memaksa pemotongan layanan seperti bantuan tunai, dukungan pemanas, perawatan kesehatan mental, dan perlindungan untuk perempuan dan anak perempuan.

Akibatnya, keluarga-keluarga menghadapi suhu beku tanpa pemanas, perempuan dan anak perempuan kehilangan akses ke "ruang aman," dan warga lanjut usia di dekat garis depan tidak memiliki sarana untuk evakuasi, ujarnya kepada Dewan Keamanan PBB.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan seorang anggota militer Inggris meninggal pada Selasa (09/12) akibat cedera dari kecelakaan saat mengawasi pasukan Ukraina menguji sistem pertahanan jauh dari garis depan—menjadi anggota layanan Inggris pertama yang tewas di Ukraina dalam perang tersebut. Belum jelas apa perannya atau di mana kecelakaan itu terjadi.

Militer Inggris mengatakan sejumlah kecil personel berada di Ukraina untuk melindungi diplomat Inggris dan mendukung tentara Ukraina.

Ukraina juga melanjutkan serangan drone ke wilayah Rusia

Rusia mengatakan pihaknya menghancurkan 121 drone di berbagai wilayah dan di Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Moskow secara ilegal pada 2014. Di Chuvashia, wilayah sekitar 900 km timur laut perbatasan Ukraina, sebuah serangan merusak bangunan perumahan dan melukai sembilan orang, menurut Gubernur Oleg Nikolayev.

Dinas Keamanan Ukraina melakukan serangan drone terhadap terminal gas cair di pelabuhan Temryuk di wilayah Krasnodar, Rusia, pada 5 Desember, menurut seorang pejabat yang mengetahui operasi tersebut, seperti dilaporkan Associated Press.

*Editor: Rizki Nugraha

Tonton juga video "Zelensky Sebut Rusia Bawa 450 Drone-45 Rudal untuk Serang Ukraina"

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads