Sebanyak 100 orang siswa yang dibebaskan merupakan bagian dari 315 murid dan staf yang disandera kelompok bersenjata di Sekolah St. Mary, Negara Bagian Niger, Nigeria tengah, sejak 21 November lalu.
Asosiasi Kristen Nigeria (Christian Association of Nigeria/CAN) sebelumnya menyebutkan, sekitar 50 siswa berhasil melarikan diri beberapa jam setelah insiden penculikan. Namun, hingga kini nasib 165 murid dan staf sekolah lainnya yang diduga masih ditahan belum diketahui secara pasti.
Sumber Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikutip kantor berita AFP menyatakan, 100 siswa yang dibebaskan telah tiba di Abuja, ibu kota Nigeria. Selanjutnya, mereka akan diserahkan kepada pejabat setempat di Negara Bagian Niger pada Senin (8/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara Presiden Nigeria, Sunday Dare, mengonfirmasi kepada AFP bahwa para siswa tersebut telah dipulangkan. Media lokal, termasuk stasiun televisi Channels Television, juga melaporkan pembebasan tersebut.
Pemerintah rahasiakan pelaku penculikan
Namun, belum jelas apakah pembebasan itu merupakan hasil operasi militer atau melalui proses negosiasi. Pihak berwenang juga belum mengungkap kelompok yang bertanggung jawab atas penculikan tersebut. Pemerintah Negara Bagian Niger dan CAN menyatakan belum menerima pemberitahuan resmi terkait pembebasan itu, sementara pemerintah pusat Nigeria juga belum memberikan pernyataan resmi.
Gelombang penculikan kembali menyoroti persoalan keamanan di Nigeria. Selama bertahun-tahun, negeri di barat Afrika itu menghadapi pemberontakan kelompok Islamis di wilayah timur laut, sementara kelompok bersenjata yang kerap disebut "bandit" melakukan penculikan dan penjarahan di wilayah barat laut. Nigeria juga masih dibayangi trauma penculikan hampir 300 siswi oleh kelompok Boko Haram pada 2014, dengan sebagian korban hingga kini belum ditemukan.
Peningkatan kasus penculikan sejak beberapa pekan terakhir kembali menegaskan rapuhnya situasi keamanan di negara Afrika Barat tersebut. Bahkan, pekan lalu Menteri Pertahanan Nigeria, Mohammed Badaru Abubakar, mengundurkan diri di tengah upaya pemerintah merespons krisis yang berulang.
Krisis keamanan bukan 'konflik agama'
Sejumlah insiden penculikan lain juga terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Pada November, 25 siswi Muslim diculik di Negara Bagian Kebbi, barat laut Nigeria. Di Negara Bagian Kogi, wilayah tengah, 38 umat Kristen beserta seorang pendeta turut diculik. Sementara itu, di Negara Bagian Sokoto, timur laut Nigeria, seorang pengantin perempuan dan 10 pengiringnya diculik dari sebuah desa.
Rangkaian penculikan tersebut beriringan dengan meningkatnya tekanan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Nigeria terkait dugaan pembunuhan massal terhadap umat Kristen. Trump menyebut tengah terjadi "genosida" terhadap umat Kristen di Nigeria dan mengancam akan mengambil tindakan militer jika pemerintah Nigeria tidak segera mengatasi situasi tersebut.
Pemerintah Nigeria menolak tudingan tersebut dan menegaskan bahwa konflik keamanan di negaranya tidak didorong oleh perang agama, melainkan persoalan kriminalitas dan pemberontakan bersenjata.
Artikel ini terbit pertama kali dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
Editor: Yuniman Farid
Simak juga Video '315 Anak-Guru Diculik, Nigeria Tutup Seluruh Sekolah':
(ita/ita)










































