Thailand melancarkan serangan udara di sepanjang perbatasannya yang disengketakan dengan Kamboja pada Senin pagi (8/12), menurut pernyataan militer Thailand, sementara kedua negara saling menuduh telah memicu eskalasi terbaru.
Angkatan Darat Kerajaan Thailand menuduh pasukan Kamboja menyerang personelnya di Provinsi Sisaket pada 7 Desember. Dalam sebuah unggahan di media sosial, angkatan darat mengatakan telah terjadi bentrokan lain di Provinsi Ubon Ratchathani pada Senin pagi, yang mendorong dilakukannya serangan udara.
"Pasukan Kamboja melepaskan tembakan menggunakan senjata ringan dan peluncur roket mulai sekitar pukul 05.05 pagi hingga sekarang, sehingga pihak Thailand merespons sesuai dengan aturan keterlibatan menggunakan senjata ringan dan peluncur roket," kata Winthai Suvaree, juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pada pagi hari, angkatan darat Thailand mengatakan menerima laporan bahwa pasukannya telah diserang dengan "senjata tembak pendukung," menewaskan satu personel dan melukai empat lainnya.
"Pihak Thailand telah mulai menggunakan pesawat untuk menyerang sasaran militer di berbagai area untuk menekan serangan dari senjata tembak pendukung pasukan Kamboja," kata Suvaree.
Angkatan darat juga telah mengerahkan pasukan untuk mendukung evakuasi warga di wilayah tersebut, menurut pernyataan itu.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengatakan bahwa pasukan Thailand telah melancarkan serangan terhadap pasukan Kamboja di provinsi perbatasan Preah Vihear dan Oddar Meanchey pada Senin dini hari, menambahkan bahwa Kamboja tidak membalas.
"Kamboja mendesak Thailand untuk segera menghentikan seluruh aktivitas bermusuhan yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan," ujarnya.
Malaysia serukan kedua belah pihak untuk menahan diri
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyerukan kedua belah pihak yang bersengkata untuk menahan diri dalam sebuah pernyataan di media sosial, disertai gambar para pemimpin Thailand dan Kamboja menandatangani perjanjian damai pada Oktober.
"Malaysia siap mendukung langkah-langkah yang dapat membantu memulihkan ketenangan dan mencegah insiden lebih lanjut. Kawasan kita tidak ingin membiarkan sengketa berkepanjangan jatuh ke dalam siklus konfrontasi," tulis Ibrahim.
Apa yang disengketakan?
Bentrokan ini terjadi di tengah sengketa puluhan tahun antara Thailand dan Kamboja.
Kedua negara berbagi perbatasan sepanjang 800 kilometer yang melintasi wilayah jarang penduduk dan menjadi lokasi beberapa candi yang diklaim kedua belah pihak.
Ini termasuk kuil bersejarah Preah Vihear, situs Hindu berusia 1.000 tahun yang dibangun oleh Kekaisaran Khmer.
Meskipun putusan Mahkamah Internasional pada tahun 1962 menetapkan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, klaim-klaim yang saling berentangan sebagian besar bdidasarkan pada peta tahun 1907 yang dibuat ketika Kamboja berada di bawah kekuasaan kolonial Prancis. Thailand berpendapat bahwa peta tersebut tidak akurat.
Sengketa ini meningkat menjadi perang lima hari pada bulan Juli lalu yang menyebabkan ratusan warga di kedua sisi mengungsi.
Gencatan senjata ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Namun, gencatan senjata berakhir pada pertengahan November ketika Thailand menuduh Kamboja menanam ranjau darat baru di wilayah tersebut.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Yuniman Farid
Lihat Video 'Pasukan Militer Thailand-Kamboja Kembali Saling Serang':
(ita/ita)










































