Kabel Data Bawah Laut AS-Asia Rentan Disabotase?

Kabel Data Bawah Laut AS-Asia Rentan Disabotase?

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Rabu, 03 Des 2025 14:51 WIB
Kabel Data Bawah Laut AS-Asia Rentan Disabotase?
Jakarta -

Kabel bawah laut adalah tulang punggung globalisasi di era internet. Kabel ini membentang di lautan untuk menghubungkan negara-negara dan benua di seantero dunia. Pada 2021, penelitian dari Total Telecom menyebut setidaknya ada hampir 500 kabel yang membentang dengan panjang keseluruhan mencapai sekitar 1,3 juta kilometer. Jumlah itu terus bertambah.

"Semua pertukaran data di dunia terhubung dari kabel-kabel ini," kata Johannes Peters, kepala Center for Maritime Strategy and Security di Christian Albrechts Univerity, Kiel.

"Internet, pembayaran, berbagai informasi yang Anda pikirkan, berbagai jenis komunikasi digital verbal, semuanya terhubung secara eksklusif di kabel ini," lanjut Johannes kepada DW. "Kita bergantung pada kabel-kabel ini dalam konteks global."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, kini jaringan komunikasi ini kian dipandang sebagai target sabotase.

Sinyal bahaya terendus dari berbagai insiden yang terjadi di perairan Baltik. Studi dari Washington University, Seattle menuturkan bahwa ada 10 kabel yang dipotong sejak 2022. Tujuh di antaranya dipotong dalam rentang waktu November 2024-Januari 2025. Itu di luar penambahan kasus yang dilaporkan pada musim panas ini.

ADVERTISEMENT

Bila dilihat dari pergerakan kapal dan jangkar, Rusia dinyatakan sebagai terduga pelaku pemotongan kabel. Namun, klaim ini belum sepenuhnya terbukti. Di samping klaim bahwa kabel sengaja dirusak, ada pula kemungkinan bahwa kabel tersebut rusak karena kelalaian.

Tiongkok juga dicurigai merusak sebagian kabel data di perairan Baltik. Khususnya di area dekat Taiwan. November 2025, Swedia mendesak Cina untuk bertanggung jawab terkait insiden tersebut.

Masalah muncul di Pasifik?

Negara-negara di Asia juga rentan mengalami kerusakan kabel bawah laut. Sekutu Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan terkoneksi dengan AS lewat kabel bawah laut yang membentang di perairan Pasifik. Para pemimpin dari negara-negara tersebut mengkhawatirkan nasib kabel bawah laut ini bila suatu hari terjadi konflik dengan Cina.

Menurut laporan dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, Cina sudah membangun kapal yang bisa memotong kabel yang terletak 4000 meter di bawah permukaan laut.

Pihak Amerika Serikat juga mengumumkan peringatan serupa. Baru-baru ini, The US China Economic and Security Review Commission yang ditugaskan untuk memasok informasi kepada anggota Kongres AS, menyatakan bahwa Cina telah "semakin terlibat dalam aktivitas pengguntingan kabel bawah laut sebagai salah satu taktik intimidasi di zona abu-abu dan ada pula bukti bahwa Beijing sedang membuat teknologi baru untuk memotong kabel bawah laut yang bisa digunakan di saat perang."

Dampak jika kabel bawah laut rusak

Putusnya kabel data bawah laut dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat besar. Ini adalah Kesimpulan Kenny Huang, kepala organisasi Asia Pacific Information Center (APIC) yang melayani registrasi alamat internet untuk kawasan Asia Pasifik.

Bila kabel data bawah laut utama rusak, "Anda akan kehilangan seluruh koneksi internet," kata Kenny kepada DW.

"Kalau Anda kehilangan koneksi internet, berarti Anda kehilangan segalanya," sambungnya.

Kawasan yang terdampak bahkan tidak akan bisa menggunakan jejaring internal mereka. Misalnya di Taiwan, pulau tersebut akan jadi "gelap" dengan dampak kerusakan yang bergulir jauh melampaui komunikasi, merambah ke sektor pendidikan, ekonomi, agrikultur, dan masih banyak lainnya.

Negara-negara lain bisa menghadapi kasus serupa bila ada serangan terhadap kabel data bawah laut. Meskipun tidak terputus atau rusak, kabel-kabel data bawah laut tersebut bisa dimanfaatkan sebagai jaringan informasi lintas benua.

"Negara-negara musuh bisa memanfaatkan kelemahan ini untuk data intelijen atau untuk membuat strategi menguntungkan di ranah konflik keamanan maritim," tulis Global Defense Insight, majalah online, dalam tulisan yang terbit pada Februari 2025.

Perairan Baltik jadi arena perang hibrida

Menurut Peters, secara teknis, merusak kabel data bawah laut tidak terlalu sulit.

"Cukup dengan menyeret jangkar di dasar laut yang bisa menarik dan memutus kabel. Anda tidak membutuhkan performa kapal yang tinggi," kata Johannes kepada DW.

"Cina akan mencermati dengan saksama bagaimana Barat merespons serangan terhadap kabel data bawah laut. Mereka akan mencoba mengidentifikasi permasalahan teknis dan legal yang ditimbulkan oleh negara-negara Barat yang bersumber dari hukum maritim internasional. Dalam hal ini, perairan Baltik saat ini menjadi semacam tempat pembuktian bagi peperangan maritim, yang tentu saja diamati dari belahan dunia lain."

Bisakah kabel data bawah laut dilindungi?

Menurut Kenny, ini adalah salah satu alasan untuk meningkatkan perlindungan hukum untuk kabel data bawah laut. Termasuk sanksi berat bagi pihak yang memotong jalur komunikasi.

Di saat yang bersamaan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga kabel data bawah laut. Contohnya, ketika kabel data bawah laut rusak, lalu lintas data bisa diubah ke kabel data lain atau ke penyedia layanan berbeda. Berbagai rencana cadangan bisa membawa perubahan.

Kenny juga memperingatkan, ketika serangan militer terhadap kabel data bawah laut terjadi, "Tidak ada pihak yang bisa bertahan dari serangan tersebut."

Inilah mengapa negara-negara di kawasan tersebut fokus merancang rencana pencegahan. Menurut studi CSIS, Jepang dan sekutunya berencana mengeliminasi perusahaan Cina dari berbagai proyek yang berhubungan dengan kabel data bawah laut bila sudah ada keterlibatan dari investor dan perusahaan AS. Di samping itu, Jepang sedang menyebarkan kabel data bawah laut mereka ke area yang lebih besar sehingga satu serangan tidak akan jadi ancaman untuk seluruh system.

Sementara itu, Johannes beranggapan bahwa negara-negara juga dapat membatasi lalu lintas perairan di area-area tertentu dan menerbitkan izin khusus untuk kapal-kapal yang berlayar di dekat kabel data bawah laut.

"Kabel data bawah laut itu sendiri pun bahkan bisa juga diproteksi menggunakan sensor yang tepat," pungkas Johannes.

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Joan Aurelia Rumengan

Editor: Muhammad Hanafi

Simak juga Video: Sejumlah Negara Terdampak Kabel Internet Bawah Laut Merah Putus

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads