Kongres AS Setujui Berkas Epstein Diungkap ke Publik

Kongres AS Setujui Berkas Epstein Diungkap ke Publik

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Rabu, 19 Nov 2025 14:12 WIB
RUU akan langsung dikirim tanpa debat kepada Trump, yang berjanji akan menandatanganinya menjadi UU (Tom Williams/CQ Roll Call/Sipa USA/picture alliance)
Washington DC -

Dewan Perwakilan Rakyat dan Senator Amerika Serikat pada Selasa (18/11) menyetujui Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mewajibkan Departemen Kehakiman merilis seluruh dokumen pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein.

Para anggota DPR AS memberikan persetujuan hampir bulat, hanya satu anggota Partai Republik yang menolak.

Beberapa jam kemudian, Senat juga menyetujui lewat persetujuan bulat bahwa RUU tersebut dianggap lolos begitu tiba dari DPR. Artinya, tidak diperlukan pemungutan suara di Senat dan RUU itu akan langsung dikirim tanpa debat kepada Presiden Donald Trump, yang telah berjanji akan menandatanganinya menjadi undang-undang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemungutan suara terjadi setelah Trump berubah sikap

Selama berbulan-bulan, Trump dan Ketua DPR AS Mike Johnson menolak perilisan berkas tersebut. Namun ketika banyak anggota Partai Republik yang mendukungnya, Trump berubah sikap akhir pekan lalu dan meminta Partai Republik setuju membuka berkas tersebut.

Kritikus menuduh Trump mencoba menghalangi perilisan dokumen karena diduga ingin menyembunyikan kemungkinan namanya yang ikut disebut.

ADVERTISEMENT

Epstein sendiri telah meninggal dunia karena bunuh diri di penjara pada 2019 saat menunggu persidangan atas tuduhan terkait perdagangan seks.

Ia sebelumnya pernah dinyatakan bersalah atas tuduhan meminta layanan prostitusi dari seorang perempuan di bawah usia 19 tahun.

Pekan lalu, Komite Pengawasan DPR AS merilis ribuan email dan dokumen yang diperoleh setelah mengeluarkan panggilan paksa (subpoena) kepada pengelola harta Epstein awal tahun ini.

Nama Trump muncul dalam sebuah email Epstein tahun 2019 kepada seorang jurnalis, di mana Epstein menyebut bahwa Trump "tahu tentang para perempuan itu."

Gedung Putih menuduh Partai Demokrat membocorkan email secara selektif sebagai bagian dari kampanye politik melawan Trump.

Trump membantah segala tuduhan dan menyerukan para pendukungnya untuk mengabaikan isu tersebut sebagai "rekayasa."

RUU "Epstein Files" didukung kedua partai

Pemungutan suara atas "Epstein Files Transparency Act" digelar setelah sekelompok kecil legislator dari kedua partai mengajukan petisi pada Juli lalu untuk mengabaikan kendali Ketua DPR atas penentuan RUU yang dapat dibawa ke pemungutan suara.

Anggota Partai Republik sekaligus mantan loyalis Make America Great Again (MAGA), Marjorie Taylor Greene, diketahui belakangan ini tidak lagi sejalan dengan Trump karena dukungannya untuk merilis berkas tersebut.

"Para perempuan ini telah berjuang dalam pertarungan paling mengerikan yang seharusnya tidak dialami siapa pun. Mereka melakukannya dengan saling mendukung dan tidak pernah menyerah," ujarnya sambil berdiri bersama penyintas kekerasan seksual di depan Gedung Capitol pada Selasa (18/11) pagi.

RUU tersebut disponsori oleh dua anggota DPR dari dua partai: Ro Khanna dari Partai Demokrat dan Thomas Massie dari Partai Republik.

Menjelang pemungutan suara, Massie menyampaikan kekhawatirannya bahwa Departemen Kehakiman dapat memperlambat perilisan dokumen dengan dalih pengecualian terkait penyelidikan yang masih berjalan.

"Mereka melanggar hukum jika mereka melakukan penyensoran untuk alasan apa pun yang sudah kami kecualikan, misalnya demi menghindari rasa malu," kata Massie kepada wartawan, merujuk pada ketentuan yang digunakan untuk melindungi identitas korban dalam berkas tersebut.

Apa dampak isu ini pada pemerintahan Trump?

Banyak dari anggota partai Trump yang mendukung perilisan berkas yang sebelumnya ditentang presiden hingga hari Minggu (16/11) lalu.

Keterkaitan dengan Epstein juga memperlihatkan retaknya kubu MAGA dalam Partai Republik, seperti perseteruan Trump dengan Taylor Greene.

"Ancaman terhadap saya terus meningkat dan disulut oleh orang paling berkuasa di dunia," tulis Taylor Greene di X tak lama sebelum Trump mengubah sikapnya.

Ia kemudian berusaha memperbaiki hubungan mereka, tetapi unggahan Trump di Truth Social justru mengecamnya: "Tidak ada yang peduli pada Pengkhianat Negara kita ini!"

Di sisi lain, survei yang dilakukan kantor berita Reuters dan lembaga riset Ipsos juga menunjukkan tingkat ketidaksetujuan publik terhadap Trump naik dari 52% pada Mei menjadi 58% pada November, sementara tingkat persetujuannya tetap di angka 40%.

Bagaimana sebenarnya hubungan Trump dan Epstein?

Trump dan Epstein bergerak dalam lingkaran bisnis dan sosial yang sama pada akhir 1980-an dan menjalin persahabatan dekat. Pada 1990, Epstein membeli sebuah rumah mewah yang berjarak sekitar dua mil dari resor Trump, Mar-a-Lago.

Satu dekade kemudian, Ghislaine Maxwell merekrut Virginia Giuffre, yang saat itu berusia 16 tahun dan bekerja sebagai petugas ruang ganti di Mar-a-Lago, untuk menjadi terapis pijat bagi Epstein. Giuffre kemudian menjadi salah satu penuduh paling vokal terhadap Epstein dan secara terbuka menyebut dirinya diperdagangkan kepada Pangeran Andrew dari Inggris.

Ia menggugat sang pangeran, yang kemudian menyelesaikan kasus itu di luar pengadilan pada 2022. Meski begitu, Giuffre mengaku lebih dari sekali bahwa ia tidak pernah melihat keterlibatan Trump. Giuffre sendiri telah meninggal tahun ini karena bunuh diri.

Di sisi lain, catatan penerbangan pesawat pribadi Epstein menunjukkan bahwa Trump pernah terbang dengan pesawat itu sebanyak tujuh kali antara 1993 dan 1997. Dalam sebuah artikel New York Magazine tahun 2002, Trump menyebut Epstein sebagai "pria yang luar biasa," dan menambahkan: "Bahkan ada yang bilang dia menyukai perempuan cantik sama seperti saya, dan banyak dari mereka berusia lebih muda."

Saat Trump menjadi presiden pada 2019, ia sudah menjaga jarak dari Epstein, sebagian akibat sengketa properti pada 2004. Kala itu, Epstein sudah pernah dipenjara 13 bulan pada 2008 karena meminta layanan prostitusi.

Epstein kemudian didakwa kasus perdagangan seks pada 2019, dan Trump berkata: "Saya rasa, saya tidak berbicara dengannya selama 15 tahun." Setelah Epstein meninggal pada tahun yang sama, Trump menyerukan penyelidikan penuh. Enam tahun kemudian, sikapnya kembali berubah.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Alfi Milano Anadri dan Adelia Dinda Sani

Editor: Tezar Aditya

Tonton juga video "Trump Tantrum Ditanya soal Jeffrey Epstein, Minta Lisensi ABC Dicabut"

(nvc/nvc)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads