Jumlah uang yang disumbangkan untuk rekonstruksi di Suriah benar-benar luar biasa. Bahkan, kampanye crowdfunding yang berlangsung sejak pertengahan Agustus mungkin termasuk yang paling sukses di dunia.
Sebagai contoh, pada 2024, selama pencalonannya yang gagal sebagai presiden, mantan Wakil Presiden AS Kamala Harris berhasil mengumpulkan $47 juta dalam 24 jam dari para donatur. Tetapi wilayah utara Suriah, Idlib, yang memulai crowdfunding untuk rekonstruksi pada akhir September, mampu mengumpulkan sekitar $208 juta dalam waktu hampir bersamaan.
Sejak pertengahan musim panas, setidaknya 10 kampanye crowdfunding berbeda telah diluncurkan di berbagai kota dan distrik Suriah. Jumlah total yang dikumpulkan di setiap wilayah dilaporkan oleh media lokal, tetapi sulit diverifikasi secara independen karena bentuk donasinya berbeda-beda. Jumlah terkecil dilaporkan di Kafr Rumah, sebuah kota di pedesaan Idlib — penyelenggara kampanye mengatakan mereka menerima janji sumbangan lebih dari $150.000. Jumlah terbesar adalah lebih dari $200 juta di Provinsi Idlib.
Menurut semua laporan media yang dilihat DW, total uang yang dikumpulkan oleh berbagai kampanye crowdfunding Suriah mendekati $500 juta secara keseluruhan.
Kampanye penggalangan dana ini disambut dengan perayaan, rasa bangga, dan sorotan media. Bagi banyak warga Suriah, ini adalah momen yang membangkitkan semangat saat negara mereka, yang hancur akibat perang lebih dari satu dekade, berjuang untuk membangun kembali.
"Kampanye ini diluncurkan berdasarkan prinsip solidaritas dan kerja sama antarwarga Suriah," jelas Fadel al-Akl, anggota panitia kampanye penggalangan dana di Idlib. "Tidak ada infrastruktur, tidak ada sekolah, tidak ada fasilitas medis, bahkan tidak ada stasiun pompa air. Jadi tahap pertama adalah mengembalikan kehidupan ke desa dan kota yang hancur ini," ujarnya kepada DW.
Bagi semua, baik yang kaya maupun miskin
"Kami telah melihat bahwa semua orang, kaya maupun miskin, ikut berpartisipasi," kata al-Akl. Hal ini dikonfirmasi oleh kampanye di Idlib, di mana satu kelompok relawan mencantumkan donatur secara online (hanya beberapa kampanye yang melakukan ini). Situs web mereka menunjukkan lebih dari $350.000 dalam bentuk janji sumbangan dari lebih dari 3.800 orang, dengan jumlah yang disumbangkan mulai dari hanya $4 hingga $5.000 atau lebih.
"Sebagai warga, saya ingin berkontribusi dalam kampanye ini untuk semua saudara dan saudari Suriah saya setelah bertahun-tahun perang," jelas Mustafa al-Farra, seorang pengusaha Suriah dari Maarat al-Numan, tentang alasan dia menyumbang $250.000. "Semoga Suriah kembali ke kejayaannya — bahkan lebih baik — setelah rekonstruksi."
Donatur terbesar untuk kampanye Idlib adalah Ghassan Aboud, seorang miliarder Suriah yang berbasis di Uni Emirat Arab, yang sebelumnya dianggap musuh rezim Assad. Ia menyumbang $55 juta.
Namun tidak semua orang antusias. Seiring kampanye terus mengumpulkan jutaan, para pengamat menjadi semakin skeptis.
Awal Oktober, Haid Haid, seorang peneliti Suriah di think tank Inggris Chatham House, menulis tentang bagaimana keluarga kaya Hamsho, yang dikenal karena hubungan bisnis mereka yang kontroversial dengan mantan diktator Suriah Bashar Assad, telah menyumbang beberapa juta ke dua kampanye. "Kemarahan [atas sumbangan mereka] memicu kembali perdebatan tentang penanganan pemerintah transisi yang tidak transparan terhadap kroni era Assad," tulis Haid di majalah Inggris Al Majalla.
Salah satu kampanye terbaru dimaksudkan untuk mengumpulkan dana bagi wilayah selatan Sweida. Namun, wilayah ini bermasalah, dengan hubungan antara warga minoritas Druze di Sweida dan pasukan propemerintah tegang, serta dilaporkan adanya kekerasan, pembunuhan di luar hukum, dan penculikan.
Kampanye itu tidak diterima banyak orang di wilayah tersebut. Salman al-Shawfi, seorang petani Sweida, mengatakan kepada DW, "Mereka mengadakan kampanye [peluncuran] di tempat yang ditetapkan untuk berkabung, menyalakan kembang api, dan mengumpulkan sumbangan untuk memulihkan desa-desa yang warganya telah dipindahkan. Beberapa dari mereka [penduduk desa itu] terbunuh selama kekerasan baru-baru ini," keluhnya. "Kampanye ini kosong dari substansi."
Para kritikus juga menyarankan bahwa beberapa sumbangan besar untuk kampanye crowdfunding — terutama yang bernilai jutaan dolar — sebenarnya adalah proyek yang sudah direncanakan dan dianggarkan. Sumbangan dari berbagai kementerian pemerintah hanyalah anggaran tahunan mereka untuk kota atau distrik tersebut, menurut mereka. "Ini bukan dana baru, ini hanya untuk memperbaiki citra pemerintah baru," keluh seorang komentator di media sosial.
Misalnya, media lokal melaporkan bahwa di antara donatur terbesar untuk penggalangan dana di Idlib adalah United Nations Development Program (UNDP) yang menyumbang $14 juta, dan Syrian American Medical Society (SAMS) yang menyumbang $11 juta. Kemungkinan ada kebingungan di sini. Abdulfatah Elshaar, ketua dewan SAMS, menjelaskan bahwa $11 juta itu bukan sumbangan tunai, melainkan untuk beberapa proyek berbeda, termasuk rumah sakit spesialis dan pusat onkologi, yang sedang dikerjakan SAMS di Suriah.
"Ada juga proyek-proyek lain yang sedang berjalan yang terlibat dalam jumlah itu juga," katanya kepada DW. "Kami jelas tidak memutuskan untuk melaksanakan proyek baru itu pada hari [kampanye] diluncurkan, tetapi kami mengumumkannya pada hari itu."
Juru bicara UNDP memberikan penjelasan serupa. "Jumlah yang disebutkan merujuk pada dana yang telah dialokasikan UNDP untuk proyek pembangunan dan pemulihan baru di Idlib, sebagai bagian dari upaya nasional kami yang lebih luas," kata mereka kepada DW. UNDP juga secara luas mendukung kampanye semacam ini, dengan mengatakan bahwa inisiatif seperti ini "adalah langkah bermakna untuk mendukung warga Suriah dan mengembalikan rasa normalitas di seluruh negeri."
Bagaimana uang digunakan?
Para pengamat juga mempertanyakan tentang transparansi dan bagaimana sumbangan akan dikumpulkan dan digunakan. Saat ditanya oleh media Suriah Enab Baladi, penyelenggara kampanye berjanji untuk mempublikasikan daftar siapa yang menyumbang dan bagaimana uangnya dibelanjakan. Penyelenggara lain mengatakan bahwa hal ini adalah soal rasa bangga sosial — mereka yang telah berjanji akan memberikan uang karena takut terlihat buruk di masyarakat, dan penyelenggara akan menggunakan dana secara transparan karena alasan yang sama.
Di Idlib, Fadel al-Akl mengatakan kepada DW bahwa sekitar seperlima uang diberikan dalam bentuk tunai. Sekitar 40% berasal dari proyek yang telah direncanakan, dan sisanya melalui rekening bank. "Beberapa orang tidak memiliki uang tunai dan mencoba mengubah aset menjadi uang tunai," jelasnya. "Kami menghargai itu dan mempercayai bahwa mereka akan membayar janji mereka secara publik."
Namun tidak peduli berapa banyak uang yang masuk, atau berapa banyak yang merupakan proyek yang telah direncanakan, satu hal jelas: crowdfunding tidak akan menutupi seluruh biaya rekonstruksi Suriah. Dalam laporan yang diterbitkan minggu ini, Bank Dunia memperkirakan biaya rekonstruksi mencapai sekitar $216 miliar.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid
Simak juga Video Presiden Suriah Setelah Diserang Israel: Kami Tak Takut Perang!
(ita/ita)