Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menandatangani perjanjian terkait rare earth atau mineral tanah jarang Australia di Gedung Putih, Senin (20/10) pagi waktu setempat.
Kesepakatan ini diambil menyusul kebijakan baru Cina yang membatasi ekspor rare earth, yang kemudian mendorong Trump untuk menetapkan tarif tambahan sebesar 100% terhadap impor dari Cina mulai bulan depan.
"Dalam waktu sekitar satu tahun, kita akan memiliki begitu banyak mineral penting dan rare earth, sampai-sampai kita bingung mau digunakan untuk apa," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Albanese menyebut kesepakatan ini sebagai proyek senilai $8,5 miliar (Rp134,3 triliun) yang "sudah siap dijalankan."
Dalam pakta mineral kritis ini, Amerika Serikat dan Australia masing-masing akan menginvestasikan $1 miliar (Rp15,8 triliun) dalam enam bulan ke depan untuk proyek pertambangan dan pengolahan mineral yang bisa langsung dijalankan, menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Australia.
Proyek-proyek tersebut dibagi ke dalam tiga kategori, yakni investasi bersama antara AS dan Australia, proyek tunggal di Australia, serta proyek bersama antara AS, Australia, dan Jepang.
Trump dukung AUKUS, AS siap perluas kerja sama pertahanan
Trump juga menyatakan dukungan terhadap kerja sama keamanan trilateral "AUKUS", yang mencakup rencana penjualan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia pada tahun 2032.
Menurut kesepakatan yang dicapai pada 2023 di masa pemerintahan Presiden Joe Biden, Australia nantinya akan membangun kelas kapal selam baru bersama Inggris.
Pertemuan ini diamati secara ketat oleh para pakar keamanan karena ada kekhawatiran bahwa kesepakatan AUKUS bisa dibatalkan.
"Mereka bergerak sangat, sangat cepat," kata Trump, merujuk pada kesepakatan AUKUS yang akan membuat Australia menggelontorkan dana sebesar $239 miliar untuk kapal selam tersebut selama tiga dekade.
Trump sindir Dubes Kevin Rudd di hadapan Albanese
Dalam momen yang canggung, Trump mengatakan kepada Kevin Rudd, Duta Besar Australia untuk AS dan mantan perdana menteri, bahwa ia tidak menyukainya dan "mungkin tidak akan pernah suka."
Pernyataan itu muncul saat seorang reporter Australia bertanya apakah komentar Rudd di masa lalu memengaruhi pandangan Trump terhadap pemerintahan Anthony Albanese.
"Anda bilang hal buruk?" tanya Trump kepada Rudd, yang duduk berhadapan dengannya di Ruang Kabinet sebagai bagian dari delegasi Australia.
"Sebelum saya menjabat posisi ini, Tuan Presiden," jawab Rudd.
"Saya juga tidak suka Anda. Dan mungkin tidak akan pernah suka," kata Trump.
Rudd sebelumnya pernah mengkritik Trump di media sosial pada tahun 2020, menyebutnya sebagai "presiden paling merusak dalam sejarah." Postingan tersebut kini telah dihapus.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Levie Wardana dan Tezar Aditya
Editor: Hani Anggraini
Simak juga Video 'Trump Tidak Akan Pakai Militer AS untuk Melucuti Senjata Hamas':
(ita/ita)