Peneliti Jerman Temukan Antibodi HIV yang Sangat Efektif

Peneliti Jerman Temukan Antibodi HIV yang Sangat Efektif

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Kamis, 16 Okt 2025 20:44 WIB
Ilustrasi HIV (via DW)
Jakarta -

Sejak pertama kali terdeteksi pada tahun 1981 dan secara resmi diidentifikasi pada 1983, HIV/AIDS telah merenggut nyawa sekitar 44 juta orang di seluruh dunia. AIDS dianggap sebagai salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah manusia.

Jumlah kematian akibat AIDS memang terus menurun berkat kampanye kesadaran, edukasi, dan upaya pencegahan. Namun, masih banyak orang meninggal karena penyakit ini. Pada 2024, UNAIDS melaporkan sekitar 630.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat AIDS setiap tahunnya.

Kini, penemuan baru antibodi HIV oleh Rumah Sakit Universitas Kln, Jerman, memunculkan harapan akan hadirnya senjata baru dalam melawan virus tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih dari 800 antibodi diuji melawan HIV

Tim peneliti yang dipimpin oleh Florian Klein, Direktur Institut Virologi di Kln, meneliti sampel darah dari 32 orang yang terinfeksi HIV. Menariknya, tubuh mereka mampu mengembangkan respons antibodi yang kuat dan efektif melawan virus itu tanpa bantuan pengobatan.

Dari sampel tersebut, lebih dari 800 antibodi diuji untuk melihat kemampuannya menetralisir HIV.

ADVERTISEMENT

Satu antibodi menonjol: 04_A06. Antibodi ini mampu memblokir titik tempat virus menempel pada sel manusia saat infeksi terjadi sehingga HIV tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh. Jika virus berhasil masuk, ia akan mengubah fungsi sel untuk memperbanyak diri, yang pada akhirnya melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Antibodi dalam tubuh manusia dihasilkan oleh sel B limfosit. Ketika sel B mendeteksi patogen, mereka berubah menjadi sel plasma yang melepaskan antibodi, seperti 04_A06.

Para peneliti berhasil memecahkan "cetak biru" genetik antibodi 04_A06 dengan harapan bisa mereproduksinya.

"Kami menggunakan cetak biru genetik antibodi, mentransfernya ke garis sel di laboratorium, lalu meminta sel lain untuk memproduksi antibodi tersebut," jelas Klein kepada DW.

Antibodi 04_A06 untuk pengobatan dan pencegahan HIV

Dalam percobaan pada tikus yang telah terinfeksi HIV, antibodi 04_A06 terbukti mampu menetralisir sebagian besar infeksi HIV. Secara keseluruhan, tim menguji antibodi itu terhadap hampir 340 varian HIV, termasuk yang resisten terhadap antibodi lain.

"HIV memiliki keragaman genetik yang sangat tinggi, setiap virusnya berbeda," ujar Klein. "Itulah yang membuat HIV sulit diobati."

Namun, antibodi 04_A06 mampu menetralisir 98% varian HIV yang diuji. Para peneliti percaya antibodi ini bisa membantu orang yang sudah terinfeksi HIV karena mampu menghalangi virus masuk ke dalam sel tubuh.

"Antibodi ini menempel pada protein selubung virus sehingga virus tidak bisa lagi menginfeksi sel target," jelas Klein. Selain itu, virus yang diblokir oleh 04_A06 lebih mudah dikenali dan dihancurkan oleh sistem imun tubuh.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Para peneliti juga berharap antibodi ini bisa digunakan untuk mencegah infeksi HIV. "Antibodi ini mencegat virus sebelum sempat menginfeksi sel dan berkembang biak di dalam tubuh," tambah Klein.

Dengan kata lain, antibodi ini bisa berfungsi sebagai imunisasi pasif. Imunisasi aktif, seperti vaksin, memungkinkan tubuh memproduksi antibodi sendiri. Namun, hingga kini vaksin HIV belum tersedia.

Perkembangan vaksin dan obat HIV

Penelitian vaksin HIV berbasis teknologi mRNA masih berlangsung. Tujuannya adalah merangsang respons imun dengan menggunakan protein dari selubung luar virus HIV, mirip dengan virus penyebab COVID-19 yang memiliki duri protein untuk menempel dan menginfeksi sel. Namun, metode ini baru diuji pada satu varian HIV.

Klein mengatakan tantangan besar ke depan adalah bagaimana merangsang tubuh agar bisa memproduksi antibodi yang kuat dan efektif secara luas melalui vaksin aktif.

Sementara itu, berbagai obat pencegahan infeksi HIV telah tersedia, baik dalam bentuk pil maupun suntikan, dan terbukti sangat efektif. Hanya saja, pil biasanya harus diminum setiap hari.

Ada juga obat suntik jangka panjang seperti lenacapavir atau cabotegravir yang bekerja seperti "depot" dalam tubuh, melepaskan zat aktif secara perlahan sehingga hanya perlu disuntik dua kali setahun.

Klein menjelaskan bahwa tujuan dari profilaksis antibodi 04_A06 adalah agar orang tidak perlu lagi minum pil setiap hari karena antibodi ini memiliki potensi lebih dari 90% untuk mencegah infeksi. Suntikan antibodi ini cukup diberikan setiap enam bulan, mirip dengan lenacapavir.

Alternatif dan tantangan ke depan

Peneliti juga telah menemukan antibodi lain yang mampu menetralisir HIV secara luas. Namun, menurut Alexandra Trkola, Direktur Institut Virologi Medis di Universitas Zurich, "04_A06 jelas merupakan salah satu antibodi paling kuat dalam kelompok ini."

Kekuatan antibodi menentukan seberapa banyak atau sedikit antibodi yang dibutuhkan untuk memberikan efek yang signifikan. Hal ini penting jika antibodi 04_A06 akan dikembangkan menjadi obat suntik.

Kekuatan tersebut juga memengaruhi seberapa sering seseorang harus disuntik. "Secara teori, 04_A06 sendiri sudah mencapai tingkat efektivitas yang biasanya hanya bisa dicapai lewat kombinasi beberapa antibodi," kata Trkola, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Namun, butuh waktu sebelum 04_A06 benar-benar bisa menjadi obat. Christoph Spinner, Kepala Divisi Infeksiologi di Rumah Sakit Klinikum rechts der Isar, Universitas Teknik Mnchen (TUM), mengatakan bahwa sejauh ini hasil studi baru sebatas data laboratorium. "Jadi efektivitasnya belum bisa langsung diterapkan pada kondisi nyata," ujarnya.

Spinner menambahkan bahwa diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui dosis tepat, toleransi tubuh manusia, dan efektivitas klinisnya.

Trkola juga sepakat masih terlalu dini memastikan apakah antibodi ini akan berhasil digunakan secara klinis, meskipun menurutnya tanda-tanda awalnya "sangat menjanjikan."

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara

Editor: Hani Anggraini

Tonton juga video "Pembekuan Bantuan Trump Hentikan Uji Coba Vaksin HIV di Afrika Selatan" di sini:

(haf/haf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads