Memberi Tip Masih Jadi Hal yang Tabu di Jepang

Memberi Tip Masih Jadi Hal yang Tabu di Jepang

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Selasa, 07 Okt 2025 14:50 WIB
Jakarta -

Jumlah wisatawan asing yang terus meningkat menjadi berita besar di Jepang namun hal tersebut turut membuat segelintir orang mengeluhkan perilaku turis yang buruk.

Bahkan wisatawan yang cukup sopan dari Amerika Utara dan Eropa kerap membuat banyak warga Jepang kesal atau bingung karena kebiasaan mereka memberi tip, hal yang tidak lazim di Jepang.

Lebih dari 21,5 juta wisatawan asing mengunjungi Jepang di semester pertama 2025, mencatatkan rekor baru dan akan segera melampaui 40 juta kunjungan dalam setahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak wisatawan yang baru pertama kali datang ke Jepang merasa bingung dengan kebiasaan dan norma yang ada di sana - mulai dari melepas sepatu saat masuk ke dalam rumah, memberi salam dengan membungkuk, hingga makan menggunakan sumpit.

Ada juga aturan tak tertulis tentang bagaimana memberikan uang, yang secara naluriah dipahami oleh orang Jepang. Seperti saat memberikan hadiah uang tunai maka uang harus dimasukkan ke dalam amplop khusus dan saat melakukan pembayaran, jangan langsung memberi uang ke tangan penerima melainkan letakkan uang tersebut pada nampan.

ADVERTISEMENT

Memberi tip hanyalah salah satu 'jebakan' dari kebiasaan yang berlaku di Jepang. Sebagian besar masyarakat Jepang tidak ingin kebiasaan memberi 'uang apresiasi' ala Barat ini menjadi hal lumrah di negaranya.

Pelayanan yang baik adalah bagian dari pekerjaan

"Cukup sering saat saya memberikan tagihan kepada pelanggan. Untuk pelanggan yang saya curigai baru pertama kali ke Jepang saya dengan sopan menjelaskan bahwa salah satu hal yang istimewa di Jepang adalah tidak perlu memberi tip, mereka pun menjadi tidak canggung," ujar Andy Lunt, warga negara Inggris yang keluarganya istrinya menjalankan bisnis izakaya (restoran bar traditional Jepang) Shin Hinomoto di Tokyo sejak akhir 1940-an.

"Terkadang mereka bertanya kenapa, dan saya hanya menjawab bahwa memang dari dulu seperti itu di sini, dan mereka seharusnya bersyukur tidak perlu membayar 20% lebih mahal saat harga-harga sedang naik seperti sekarang," katanya kepada DW.

"Tapi yang terpenting, staf saya dan saya sendiri tidak merasa perlu dibayar lebih hanya untuk melakukan pekerjaan kami dengan benar," tambahnya. "Kalau ada yang meninggalkan uang di meja sebagai tip, jangan heran jika staf saya mengejar pengunjung ke jalan untuk mengembalikan uang mereka."

Ledakan pariwisata asing ke Jepang sebagian disebabkan oleh melemahnya mata uang yen, membuat segala sesuatu terasa relatif murah bagi para wisatawan β€” beberapa dari mereka ingin meninggalkan sedikit tip sebagai bentuk terima kasih.

Di beberapa bar, kedai kopi, dan restoran, pemilik tempat mulai menaruh stoples tip di dekat kasir. Namun ini masih sangat jarang dan juga kontroversial, terutama bagi orang Jepang.

Perbedaan Budaya

Awal tahun ini, jaringan restoran Gyukatsu Motomura viral setelah pengguna media sosial memposting foto stoples untuk tip di salah satu cabangnya.

"Budaya memberi tip itu buruk. Saya pernah bekerja di industri layanan, dan tidak perlu waktu lama hingga orang merasa bahwa mereka *berhak* menerima tip," tulis salah satu komentar.

"Lalu mereka mulai berkata kasar tentang orang yang tidak memberi tip atau hanya memberi sedikit tip. Anehnya, mereka tidak pernah menyalahkan majikan mereka sendiri."

Banyak pemilik usaha berharap budaya memberi tip ala Barat tidak umum di Jepang, di mana pelayanan yang baik sudah menjadi standar dasar.

"Itu memang perbedaan budaya, dan kami tidak terbiasa diberi tip," kata Mariko Shigeno, yang baru-baru ini memiliki restoran La Tour di distrik Kamika, Prefektur Kanagawa, selatan Tokyo.

"Bagi saya, tugas saya adalah memastikan pelayanan sudah baik, dan tidak perlu dibayar lebih untuk itu," jelasnya.

"Saya mengerti bahwa tip dimaksudkan sebagai ungkapan terima kasih atas pelayanan yang luar biasa, tapi sudah seharusnya saya memberikan pelayanan luar biasa dari awal."

Taku Nakamura, pemilik bar anggur Le Pipi d'Ange di distrik Motomachi, Yokohama, mengatakan bahwa setelah banyak bepergian di Eropa, ia sangat berharap budaya memberi tip tidak menjadi hal yang lumrah di Jepang.

"Menurut saya, memberi tip itu seperti sedang pamer bahwa dia punya banyak uang dibandingkan orang yang bekerja kasar," katanya.

"Di Jepang, saya rasa kebanyakan orang percaya bahwa seseorang seharusnya bisa hidup layak dari gaji tanpa perlu bergantung pada uang 'donasi' seperti itu."

Jepang tidak ikut-ikutan tren memberi tip

Ashley Harvey, analis pemasaran pariwisata yang telah berkecimpung di sektor perjalanan Jepang selama lebih dari 15 tahun, yakin meskipun beberapa wisatawan asing memberi sedikit tip saat makan hal ini tidak lantas menjadi kebiasaan di kalangan warga Jepang.

"Walaupun terjadi lonjakan wisatawan asing ke Jepang dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar dari mereka berasal dari wilayah Asia lain seperti Cina, Korea Selatan, Taiwan, yang juga tidak memiliki tradisi memberi tip," ujarnya kepada DW. "Jadi sebenarnya hanya sebagian kecil saja yang mencoba memberi tip."

"Saya pikir restoran atau bar yang merasa ini adalah masalah besar cukup memasang tanda bahwa mereka tidak memerlukan tip," kata Harvey.

Dan meskipun ia mengakui pernah melihat "beberapa stoples tip" di beberapa tempat, menurutnya itu masih jauh dari kebiasaan.

"Saya cukup yakin yang memasukkan uang ke dalamnya bukanlah orang Jepang," tegasnya.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid

Tonton juga Video: Negara Apa yang Paling Banyak Minum Teh?


(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads