Tinggalkan Barang Bekas di Jalanan Berlin? Hati-hati Bisa Kena Denda!

Tinggalkan Barang Bekas di Jalanan Berlin? Hati-hati Bisa Kena Denda!

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Jumat, 03 Okt 2025 14:26 WIB
Jakarta -

Sofa tua, lemari es rusak, kotak pakaian bayi hingga satu peti kaset lawas adalah 'harta karun', yang merupakan pemandangan keseharian di pinggir jalan kota Berlin. Dari tumpukan barang buangan tersebut, musisi Berlin Eno Thiemann justru menemukan buku favoritnya.

Buku-buku karya penulis Jepang Haruki Murakami, ditinggalkan di pinggir jalan dengan label "zu verschenken" (diberikan gratis). Bagi warga Berlin ini adalah tradisi lama - meninggalkan barang-barang yang masih dapat digunakan di depan rumah untuk diambil orang lain. Dalam hitungan menit, barang-barang itu akan diambil orang lain.

"Saya sangat senang ketika kembali ke Berlin pada 2013 dan melihat ada budaya ini," kata Thiemann yang meninggalkan ibukota tiga dekade silam - sebelum budaya "zu verschenken" ini populer. "Ini hal yang menyenangkan dan dapat membantu lingkungan sekitarnya," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pemerintah kota Berlin kini berencana mendenda orang yang menaruh barang buangan di pinggir jalan, dan dengan itu ekonomi sirkular informal ini pun terancam lenyap. Departemen lingkungan pemerintah kota Berlin berkilah, meski meninggalkan barang untuk diambil orang lain adalah hal yang "baik dan diingkan," hal itu menjadi " berlebihan dan tidak lagi sejalan dengan tujuan awal." Pembersihan kota tidaklah murah — tahun lalu pemerintah ibukota Jerman itu mengeluarkan anggaran sekitar €10,3 juta (Rp200 miliar) untuk membersihkan sampah elektronik hingga sampah konstruksi bangunan yang ditinggalkan begitu saja di pinggir jalanan, dibuang tanpa izin.

"Meninggalkan barang di jalan tidak membebaskan pemilik dari tanggung jawab atas barang tersebut, dengan alasan "zu verschenken" (dihadiahkan gratis) bukan berarti 'si pemilik terbebas darinya," kata juru bicara departemen lingkungan kota Berlin kepada DW.

ADVERTISEMENT

Berlin naikkan denda

Berliner Stadtreinigungsbetriebe (BSR), perusahaan kontraktor persampahan dan daur ulang kota, menyebutkan, tahun lalu pihaknya membersihkan 54.000 meter kubik sampah ilegal yang ditemukan di seluruh Berlin. Volumenya meningkat 8% dari tahun sebelumnya. Pihak berwenang mengklaim, pelaku utamanya adalah perusahaan pembuangan limbah konstruksi yang ingin menghemat biaya.

Denda diperberat untuk memberi efek jera "Pembuang sampah ilegal seringkali hanya bisa ditegur lewat denda," kata juru bicara BSR, dan menambahkan masalah sampah ini di beberapa distrik kota Berlin bahkan sangat parah.

Namun, sanksi yang akan mulai berlaku dalam beberapa minggu mendatang, juga akan berlaku untuk barang-barang lain yang dibuang di jalan. Siapa pun yang ketahuan meninggalkan pakaian atau peralatan makan bekas di distrik Friedrichshain-Kreuzberg, dapat kena denda €150 hingga €300 — (Rp. 3-6 juta). Sebelumnya denda berkisar €25 hingga €75 (Rp 500 ribu hingga satu juta rupiah).

Juru bicara distrik tersebut menjelaskan, warga yang membuang peralatan rumah tangga seperti lemari es lawas atau mesin cuci bobrok dapat dikenai denda antara €1.000 hingga €15.000 (Rp 19,5 juta hingga 290 juta). Sebelumnya, denda maksimumnya adalah €5.000 (Rp 97 juta).

Seberapa realistis denda ini?

Denda akan diberlakukan oleh staf di lapangan, atau melalui saksi yang melaporkan pembuangan secara online. Namun warga Berlin tidak yakin denda baru ini dapat diterapkan.

"Mereka keluar, menemukan kasur bekas, lalu apa?" tanya Marianne Kuhlmann, salah satu pendiri Circularity, organisasi Berlin yang membantu bisnis mengurangi limbah. "Kemungkinan menangkap basah pelakunya saat mreka menaruh kasur bekas itu sangat rendah."

"Untuk menemukan orangnya, akan sulit kecuali orang-orang meninggalkan kartu nama," kata Thiemann.

Alternatif dari pemberian gratis

BSR berpendapat, warga Berlin dapat menggunakan cara lain untuk membuang barang miliknya yang tidak lagi mereka inginkan.

"Ada banyak opsi untuk menyingkirkan limbah besar, limbah elektronik, dan sampah lainnya secara gratis atau dengan biaya rendah," kata juru bicara BSR, Sebastian Harnisch, kepada DW.

Opsi tersebut, antara lain hari tukar menukar barang yang biasanya ada di tiap distrik, menaruh barang bekas di salah satu dari 14 pusat daur ulang kota atau di toko barang bekas "NochMall" ('sekali lagi'). Untuk opsi-opsi tersebut, BSR menyediakan layanan penjemputan rumah ke pusat daur ulang dengan biaya tertentu", papar Harnisch.

Bagi para pegiat sistem keberlanjutan, membawa barang bekas ke titik daur ulang tidak menarik, terlebih jika tidak mengemudi atau tidak punya mobil.

"Orang-orang yang takut didenda, di masa depan mungkin akan membuang barang bagus dan masih bisa digunakan ke tempat sampah, karena lebih mudah dan nyaman daripada harus mengemudi ke tengah kota untuk menyumbangkannya ke NochMall," kata Doris Knickmeyer, Mentor Zero Waste City di organisasi nonprofit Berlin Zero Waste Verein.

Bagaimana Berlin mendaur ulang sampah?

Pemerintah kota Berlin menargetkan daur ulang 64% limbah konstruksi, dan mengurangi volume sampah sisa sebesar 20% pada akhir 2030. Mendirikan agen zero-waste di dalam BSR sejalan dengan target tersebut. Namun laporan 2024 dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebutkan, ketergantungan Berlin pada pembakaran sampah masih tinggi, dan tingkat daur ulang tertinggal dari kuota rata-rata nasional.

Kota-kota metropolitan Eropa seperti Madrid, Brussels, Kopenhagen, dan Ljubljana telah mulai mengurangi ketergantungan mereka pada pembakaran, atau menolak rencana pembangunan pabrik baru untuk mengurangi emisi karbon dari pembakaran sampah.

Knickmeyer dari Berlin Zero Waste Verein mengusulkan, agar Berlin mempertahankan budaya "zu verschenken" dengan tempat khusus di setiap jalan, atau setiap lingkungan untuk pemberian barang.

"Kita harus mencari keseimbangan antara memudahkan orang dan meneruskan budaya "zu versechenken" dalam komunitas, tetapi juga memahami bahwa budaya ini juga dapat menyebabkan masalah nyata sampah perkotaan, yang butuh pembersihan seharga jutaan euro setiap tahunnya," kata Kuhlmann.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Agus Setiawan

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads