Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa Ukraina dapat merebut kembali wilayah yang sudah diduduki Rusia. Untuk itu dia mensyaratkan dukungan waktu, kesabaran, serta bantuan finansial dari Eropa dan NATO.
Dia juga menyebut Rusia berperang "tanpa arah yang jelas."
Pernyataan itu disampaikan Trump usai pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di sela-sela Sidang Umum PBB, Selasa (23/09). Dalam unggahannya di platform media sosial, Truth, Trump mengubah nada retorikanya soal perang Rusia-Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah memahami secara menyeluruh situasi militer dan ekonomi antara Ukraina dan Rusia, serta melihat masalah ekonomi besar yang kini dihadapi Rusia, saya yakin Ukraina - dengan dukungan Uni Eropa - berada dalam posisi untuk bertempur dan merebut kembali seluruh wilayah Ukraina secara utuh," tulis Trump.
Sekitar seperlima wilayah Ukraina saat ini masih berada di bawah kendali Rusia, termasuk Semenanjung Krimea di pesisir Laut Hitam yang direbut pada tahun 2014.
Sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022, Ukraina sejauh ini telah berhasil merebut kembali sebagian wilayah yang sempat diduduki. Namun selama berbulan-bulan terakhir, pasukan Moskow terus menekan sepanjang garis depan dan meraih sedikit demi sedikit keuntungan taktis.
Meski demikian, Trump menunjukkan optimisme setelah pertemuannya dengan Zelenskyy.
"Dengan waktu, kesabaran, dan dukungan finansial dari Eropaβkhususnya NATO - wilayah perbatasan asal sebelum perang ini dimulai sangat mungkin untuk direbut kembali," ujarnya.
Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, menanggapi pernyataan Trump dengan sinis. "Jangan terlalu berharap," katanya singkat.
Zelenskyy: AS akan paksa Rusia ke meja perundingan
Trump juga melontarkan kritik tajam terhadap strategi militer Rusia, yang dia anggap tidak efektif. "Rusia dan Putin berada dalam masalah ekonomi besar, dan ini adalah momen yang tepat bagi Ukraina untuk bertindak," kata dia.
Dia mengaku mengharapkan yang terbaik bagi kedua negara, dan menyatakan bahwa Amerika akan "terus menyuplai senjata kepada NATO untuk digunakan sesuai keinginan mereka."
Presiden Zelenskyy merespons pernyataan Trump dengan menyebut bahwa dirinya percaya Amerika Serikat akan memainkan peran penting dalam mendorong tercapainya perdamaian.
"Saya baru saja bertemu dengan Presiden Trump, dan kami membicarakan bagaimana membawa perdamaian secara nyata. Kami berdiskusi soal beberapa ide yang baik, dan saya harap itu bisa berhasil," kata Zelenskyy dalam rapat Dewan Keamanan PBB di New York.
"Saya berterima kasih atas pertemuan ini, dan kami menantikan langkah konkret dari Amerika untuk mendorong Rusia ke arah perdamaian. Moskow takut pada Amerika dan selalu memperhatikan setiap gerakannya," tambahnya.
NATO peringatkan Rusia soal pelanggaran udara
Perubahan sentimen Trump muncul di tengah meningkatnya provokasi Rusia di perbatasan NATO.
Bandara Kopenhagen di Denmark menghentikan operasionalnya pada Senin (22/9) lalu setelah mendeteksi adanya drone siluman. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menyebut insiden ini sebagai "serangan paling serius terhadap infrastruktur kritis Denmark sejauh ini." Hingga kini, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Saya tak mau berspekulasi, tapi seperti yang dikatakan Frederiksen, kami mencatat adanya sejumlah pelanggaran wilayah udara negara-negara sekutu. Saya berpikir tentang Estonia, Polandia, juga Rumania. Ini sudah terjadi. Dan pelakunya adalah Rusia," ujar Menteri Pertahanan Swedia, PΓ₯l Jonson.
Jonson menegaskan bahwa mendukung Ukraina adalah bagian dari investasi keamanan NATO. "Karena menurut saya, Ukraina saat ini adalah perisai terhadap risiko ekspansi militer Rusia yang lebih jauh," katanya.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
Editor: Yuniman Farid
Lihat juga Video: Serangan Besar-besaran Rusia ke Zaporizhzhia Tewaskan 1 Orang