Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Gedung Putih pada Senin (25/08). Pertemuan ini menyoroti isu Korea Utara, di mana Trump menyatakan keinginannya untuk bertemu kembali dengan Kim Jong Un "tahun ini."
"Saya ingin bertemu dengannya tahun ini," kata Trump kepada wartawan saat menyambut Lee. "Saya menantikan pertemuan dengan Kim Jong Un di masa depan yang tepat."
Trump menekankan dirinya punya hubungan istimewa dengan Kim. "Saya punya hubungan yang sangat baik dengan Kim Jong Un dan Korea Utara," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bahkan menambahkan hubungannya dengan Kim mungkin lebih baik daripada siapa pun kecuali adik perempuan Kim yang punya pengaruh kuat, Kim Yo Jong. "Banyak orang akan bilang itu buruk. Saya justru melihatnya baik," kata Trump, sambil mengenang pertemuannya dengan Kim pada saat ia menjabat pada periode pertama.
Lee pun menanggapi dengan mendorong Trump agar mau berhubungan lagi dengan Pyongyang. "Saya berharap Anda bisa membawa perdamaian di Semenanjung Korea, satu-satunya negara yang masih terbelah di dunia. Dengan begitu Anda bisa bertemu Kim Jong Un, membangun Trump World di Korea Utara supaya saya bisa bermain golf di sana, dan benar-benar berperan sebagai pembawa damai bersejarah dunia," ujar Lee dalam bahasa Korea.
Retorika Korea Utara sendiri belakangan semakin keras.Kim berjanji mempercepat program nuklirnya dan mengecam latihan militer gabungan AS-Korea Selatan. Akhir pekan lalu, ia bahkan mengawasi langsung uji coba sistem pertahanan udara baru. Sejak Trump kembali menjabat Januari lalu, Kim belum menanggapi ajakan diplomasi yang dilontarkan berulang kali. Padahal pada periode 2017-2021, Trump sempat menjalin kontak langsung dengan Kim, meski tidak pernah berujung pada kesepakatan untuk menghentikan program nuklir Korea Utara.
Isu dagang dan pertahanan
Setelah pembicaraan soal Korea Utara, Trump juga membuka peluang pembahasan lebih lanjut tentang hubungan dagang dengan Seoul. Meski kedua pihak sudah mencapai kesepakatan pada Juli yang menyelamatkan ekspor Korea Selatan dari tarif lebih berat, masih ada perbedaan soal topik energi nuklir, belanja militer, dan janji investasi Korea Selatan di AS senilai 350 miliar dolar AS.
Lee, yang baru menjabat sebagai presiden baru Korea Selatan sejak Juni lalu, mendorong perluasan kerja sama di sektor galangan kapal dan manufaktur. Ia menggunakan pendekatan diplomatik lembut dengan memuji Trump sebagai pembawa perdamaian dan bahkan mengaku membaca memoar Trump tahun 1987 berjudul The Art of the Deal sebagai persiapan pertemuan.
Trump juga menekan Seoul agar meningkatkan kontribusi biaya untuk sekitar 28.500 pasukan Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan. "Kami sudah menghabiskan banyak uang membangun benteng. Korea Selatan memang ikut memberi kontribusi, tapi saya ingin melihat apakah sistem sewa bisa dihentikan dan tanah yang dipakai pangkalan besar itu bisa dimiliki Amerika," ucap Trump, kemungkinan merujuk Camp Humphreys, markas besar Angkatan Darat AS di Korea Selatan.
Hubungan kedua pemimpin di depan media terlihat ramah, berbeda dengan nada keras Trump beberapa jam sebelumnya di media sosial. Ekonomi Korea Selatan sendiri sangat bergantung pada AS, sementara Trump pernah menyebut Seoul sebagai "mesin uang" yang terlalu banyak menikmati perlindungan militer Amerika.
Meski begitu, Lee tetap berusaha menyeimbangkan kepentingan memperkuat hubungan dengan Washington tanpa mengusik mitra dagang terbesar, Cina. Saat menuju AS, ia bahkan mengirim delegasi khusus ke Beijing untuk menyampaikan pesan agar hubungan kembali normal.
Nada keras di media sosial dan kontroversi gereja
Beberapa jam sebelum bertemu Lee, Trump menulis di media sosial dengan nada berbeda. "Apa yang sedang terjadi di Korea Selatan? Terlihat seperti pembersihan atau revolusi. Kita tidak bisa berbisnis di sana kalau begitu," tulis Trump di platform Truth Social miliknya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Saat dimintai penjelasan di Gedung Putih, Trump berkata, "Saya dengar ada penggerebekan terhadap gereja dalam beberapa hari terakhir. Penggerebekan yang sangat brutal oleh pemerintahan baru Korea Selatan, bahkan sampai masuk ke pangkalan militer kami dan mengambil informasi. Seharusnya mereka tidak melakukan itu. Saya mendengar hal-hal buruk. Saya tidak tahu benar atau tidak. Saya akan cari tahu."
Trump juga mengatakan akan membicarakan dengan Lee soal informasi intelijen yang ia terima mengenai penyelidikan di Korea Selatan yang menurutnya menargetkan gereja dan pangkalan militer. Gedung Putih menolak memberikan keterangan lebih lanjut.
Awal bulan ini, polisi Seoul memang menggerebek Gereja Sarang Jeil yang dipimpin pendeta evangelis Jun Kwang-hoon, tokoh protes pendukung mantan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol. Polisi menyelidiki aktivis pro-Yoon yang menyerbu pengadilan pada Januari, setelah hakim memperpanjang penahanan Yoon terkait upayanya memberlakukan darurat militer pada Desember lalu.
Pada Juli lalu, jaksa yang menyelidiki kasus Yoon mengeluarkan surat penggeledahan untuk bagian Korea dari pangkalan militer yang dioperasikan bersama AS. Pejabat Seoul menegaskan pasukan dan perlengkapan Amerika tidak menjadi target penggeledahan.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rivi Satrianegara
Editor: Hani Anggraini
Simak juga Video 'Trump Desak Akhiri Perang di Gaza, Dorong Jalur Diplomatik':