Warisan Kelam Nazi dalam Dunia Medis Modern

Warisan Kelam Nazi dalam Dunia Medis Modern

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Jumat, 22 Agu 2025 16:38 WIB
Jakarta -

Penelitian medis paksa dan eksperimen brutal adalah bagian paling kelam dari sejarah Nazi Jerman. Terutama bagi kelompok yang rentan terdiskriminasi seperti orang Yahudi, tawanan perang, etnis minoritas Sinti dan Roma, penyandang disabilitas, dan kelompok lainnya. Pengujian terhadap patogen, racun, dan obat-obatan dilakukan pada mereka.

Organ tubuh mereka diambil, tubuh mereka dibekukan, mereka disterilkan secara paksa, diseleksi, dan dibunuh. Puluhan ribu jadi korban eksperimen tidak manusiawi ini.

Kini, profil 16.000 korban terdata secara rinci pada bank data daring ns-medical-victim, 13.000 profil lainnya yang masih dalam proses penelitian. Ini adalah bank data pertama yang dikelola secara sistematis, menampilkan nama korban, riwayat kehidupannya, eksperimen yang diterapkan, hingga institusi yang terlibat. Kumpulan data ini diterbitkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Leopoldina dan Max-Planck-Gesellschaft.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Max-Planck-Gesellschaft adalah penerus lembaga riset Kaiser-Wilhelm-Gesellschaft (KWG). KWG yang terlibat dalam penelitian ilmiah yang menggunakan preparat tubuh manusia hasil pembunuhan massal oleh rezim Nazi, KWG dibubarkan pada akhir perang dunia kedua.

Lebih dari 200 institusi di Jerman dan Eropa terlibat dalam kejahatan medis di era Nazi. Laporan tahun 2023 dari Komisi Lancet untuk Kedokteran, Nasionalisme Sosialis, dan Holocaust mengungkap, para dokter membenarkan tindakan kejam mereka dengan alasan rasis, dan secara masif melakukan sterilisasi paksa, program eutanasia, dan seleksi. Hanya sedikit dari para dokter tersebut yang diadili setelah perang.

ADVERTISEMENT

Jejak Nazi di masa kini

Setelah perang, beberapa ilmuwan dan institusi melanjutkan pekerjaan mereka tanpa kendala. Tokoh-tokoh penting dari dunia medis Nazi dari KWG tetap bekerja di Jerman Barat pascaperang. Menurut pakar sejarah kedokteran, Prof. Dr. Herwig Czech dari Universitas Kedokteran Wina yang juga pendiri komisi Lancet, tokoh-tokoh tersebut bahkan turut serta dalam program medis luar angkasa NASA, berbekal keahlian yang diperoleh dari eksperimen di kamp konsentrasi.

Banyak data dari era Nazi diadopsi tanpa tanpa analisa kritis, karena konteks dan asal usul data seringkali disembunyikan. Data yang diperoleh dari percobaan pada tahanan Nazi, seperti toleransi terhadap dingin, pengobatan antibiotik sulfonamid, efek gas phosgen (gas beracun yang sering digunakan sebagai senjata kimia pada PD 1) dipublikasikan dalam jurnal medis, dan terus-menerus dikutip.

Sejarawan Florian Schmaltz mengungkapkan, pada tahun1988, ilmuwan Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) mengusulkan menggunakan hasil eksperimen gas phosgen yang dilakukan oleh Otto Bickenbach pada tahanan di kamp konsentrasi Natzweiler-Struthof, sebagai dasar untuk melakukan percobaan baru pada hewan terkait paparan phosgen. Rencana tersebut kemudian dibatalkan setelah memicu protes beberapa kolega dari EPA, menurut Prof. Sabine Hildebrandt dari Harvard Medical School.

Sebagian dari ilmu genetika manusia, psikiatri, dan antropologi medis juga secara metodologis menggunakan praktik-praktik yang dikembangkan dan diterapkan selama masa Nazi.

"Ada kontinuitas tinggi di bidang anatomi dan neuropatologi, pada masa Nazi telah dibuat koleksi data neuropatologi yang sangat besar, yang menjadi rujukan penelitian untuk waktu yang lama setelah perang dunia kedua berakhir," kata Prof. Czech.

Meskipun nilai ilmiah penelitian terbatas dan tidak lagi relevan dalam pengobatan intensif modern, preparat seperti sampel jaringan dan irisan otak korban tetap digunakan untuk riset hingga era 1980-an dan 1990-an, sebelum akhirnya direvisi dan dimakamkan secara layak. Proses pembersihan dan penanganan etis koleksi ilmiah dari masa Nazi, baru dimulai pada tahun 1997 di beberapa fasilitas atau lokasi Max-Planck-Gesellschaft.

Pendekatan yang sadar akan masa lalu

Menurut ahli anatomi Sabine Hildebrandt, sebagian besar teknik dan data dari masa Nazi saat ini hampir tidak lagi relevan, dan oleh karena itu setidaknya tidak secara aktif digunakan. "Namun, ini tidak berarti bahwa temuan dari penelitian tersebut tidak masuk ke dalam pengetahuan medis umum, dan terus berpengaruh, misalnya dalam buku-buku pelajaran dari berbagai disiplin medis."

Hildebrandt menekankan pentingnya kesadaran yang lebih besar akan konteks dan asal data temuan. Penting untuk menyebutkan nama korban, biografi, serta penderitaan yang mereka alami, bukan hanya sekadar memberi catatan kaki tentang asal usul data.

Bisa dicontoh negara lain?

Eksperimen medis paksa tidak hanya terjadi di era Nazi, tetapi juga di seluruh dunia terutama dalam konteks kolonial. Namun, refleksi kritis terhadap hal ini sangatlah minim.

Hildebrandt menyebutkan, Nazi adalah contoh paling ekstrem dan terdokumentasi dari pelanggaran etika medis dalam rezim otoriter. Beberapa negara dengan sejarah kolonial mulai diperhadapkan pada masa lalunya. Negara seperti Jepang hingga saat ini belum mengakui kekejaman riset medis paksa, dan eksperimen kejam yang dilakukan terhadap terhadap tawanan perang, serta warga sipil di Cina, Korea, dan wilayah kekuasaan lainnya.

Di AS, penelitian tentang sejarah kedokteran dan perbudakan mulai berkembang, meskipun ada upaya politik untuk membatasi narasi tersebut.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Agus Setiawan

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads