Kenapa India Dekati Penguasa Baru Suriah?

Kenapa India Dekati Penguasa Baru Suriah?

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Jumat, 08 Agu 2025 17:27 WIB
Jakarta -

Pada akhir Juli lalu, India mengirimkan delegasi resmi pertama ke Damaskus. Kunjungan tersebut bertujuan memahami rencana dan prioritas pemerintahan transisi di Suriah.

Adalah Suresh Kumar, Sekretaris Bersama di Kementerian Luar Negeri India, yang bertemu pejabat tinggi Suriah, termasuk Menteri Luar Negeri Asaad al-Shaibani. Pertemuan ini menegaskan minat India untuk membangun hubungan erat dengan penguasa baru di Damaskus, terlepas dari dinamika politik dalam negeri Suriah.

Diplomasi tingkat tinggi

Selain membahas isu politik, delegasi India juga menawarkan kerja sama di bidang kesehatan, kolaborasi teknis dan pendidikan, serta peletakan dasar bantuan kemanusiaan dan upaya rekonstruksi di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemulihan di Suriah dimulai sudah sejak Desember lalu, usai tumbangnya rezim diktator Bashar al-Assad oleh koalisi pemberontak yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), didukung Tentara Nasional Suriah serta faksi lain yang berafiliasi dengan Turki.

Kini Suriah berada di bawah kepemimpinan sementara Ahmad al-Sharaa, mantan pemimpin HTS, yang sudah mengantongi restu dari negara adidaya regional, seperti Arab Saudi, Turki, Uni Emirat Arab (UEA), serta Qatar โ€” juga kekuatan global seperti Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Risiko dan peluang di masa transisi

Sejumlah pakar dan diplomat mengatakan kepada DW, upaya India mendekati pemerintahan sementara Suriah adalah strategi, untuk memastikan New Delhi tidak tersingkir dari proses rekonstruksi.

Turki dan Arab Saudi adalah dua negara yang sejak awal menggerakkan mesin diplomasi demi menjaring dukungan bagi al-Sharaa.

Muddassir Quamar, dosen di Pusat Kajian Asia Barat Universitas Jawaharlal Nehru, menilai langkah ini memperkuat citra India sebagai kekuatan nonblok yang bersedia berinteraksi dengan berbagai rezim demi stabilitas.

"Perlu dicatat, sahabat-sahabat regional India, Arab Saudi dan UEA, telah memberikan dukungan vital bagi Suriah di masa transisi ini. Hal ini dapat membantu India dalam keterlibatannya," kata Quamar, seraya menyebut langkah tersebut sebagai wujud keberanian baru India dalam hubungan internasional.

Dia menambahkan, "Suriah juga tengah menjadi pion penting dalam hubungan Turki dan Israel, yang menjadikannya strategis bagi kepentingan regional India. India memiliki kepentingan atas masa depan Suriah dari sisi energi, ekonomi, dan strategis, sehingga penting membangun keterlibatan hati-hati dengan pemerintahan baru."

Kepentingan strategis India di Suriah

Menurut Quamar, Suriah yang stabil menjamin jalur perdagangan dan koridor energi yang aman di Timur Tengah. Stabilitas tersebut sangat penting bagi ekonomi India, khususnya saat New Delhi berupaya memperdalam hubungan dengan negara-negara Teluk.

Sejak pemerintahan baru mengambil alih pada Desember 2024, Suriah masih diguncang gelombang kekerasan sektarian.

Shanthie Mariet D'Souza, Direktur Eksekutif Mantraya, forum riset independen mengatakan, India memiliki banyak kepentingan strategis di Suriah, termasuk melindungi warganya yang tersisa โ€” yang hanya bisa dilakukan bila tetap menjalin hubungan dengan rezim baru.

"Pemerintahan baru masih menghadapi banyak ketidakstabilan, dan bantuan dalam bentuk rekonstruksi maupun kemanusiaan akan sangat mereka sambut," ujar D'Souza.

"Selain itu, keterlibatan India juga menjadi langkah memperkuat stabilitas regional, agar rezim baru mampu mencegah Suriah kembali menjadi surga kelompok ekstremis," katanya.

D'Souza menekankan, menjalin hubungan sejak dini dengan Suriah pasca-Assad membuat India bisa menjaga kepentingannya dan mengurangi risiko kevakuman strategis yang bisa dimanfaatkan pihak lain.

Sejak jatuhnya Assad, banyak negara telah menyesuaikan kebijakan dengan realitas baru di Suriah. Hal ini berlaku baik bagi negara yang dulu mendukung rezim Assad, maupun yang berusaha menggulingkannya. Semua digerakkan oleh kepentingan inti, yakni stabilitas, pengaruh, dan keamanan di kawasan.

"India, di sisi lain, tetap bersikap agak ambigu dengan mendorong proses 'dipimpin Suriah'," ujar D'Souza.

"Kunjungan ini menandakan pengakuan India bahwa era Assad di Suriah telah berakhir, dan kini saatnya merumuskan ulang kebijakan keterlibatan dengan pemerintahan baru sebagai pusat kekuatan yang baru."

Dia juga membandingkan langkah ini dengan pergeseran pragmatis India di Afghanistan, yang kini mempererat hubungan dengan penguasa Taliban, setelah dua dekade mendukung pemerintahan republik sebelumnya.

Membuka pintu baru bagi India?

Pejabat di Kementerian Luar Negeri India menegaskan, keputusan mempertahankan kedutaan di Damaskus sepanjang perang saudara Suriah โ€” meski dengan staf terbatas โ€” adalah wujud pemikiran strategis jangka panjang.

"India selalu punya hubungan baik dengan Suriah dan rakyatnya, bahkan secara historis dan peradaban. India selalu mendukung solusi yang dipimpin Suriah melalui dialog dan diplomasi," kata Anil Trigunayat, mantan diplomat India.

Sebagai Ketua Kelompok Ahli Asia Barat di think tank Vivekananda International Foundation, Trigunayat menilai hubungan Indiaโ€“Suriah adalah bagian dari pola hubungan bilateral seperti negara lain yang dijalin India.

"Iran posisinya lemah di Suriah, tapi kendali Turki atas al-Sharaa cukup besar. Meski begitu, dia cerdas membuka jalur komunikasi dengan kekuatan lain, termasuk India, bersama negara Barat dan Arab," katanya, merujuk pada pemimpin sementara Suriah.

"Demikian pula, India harus berinteraksi dengan semua mitra di Asia Barat, termasuk Suriah โ€” ada kekosongan atau tidak."

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
Editor: Agus Setiawan

Lihat juga Video 'Presiden Suriah Setelah Diserang Israel: Kami Tak Takut Perang!':

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads