Di wilayah Segitiga Zamrud, daerah perbatasan Laos, Kamboja, dan Thailand bertemu, konflik lama antara Thailand dan Kamboja kembali memanas. Inti perselisihan adalah perebutan garis batas dan klaim atas kuil-kuil bersejarah peninggalan kolonial. Ketegangan memuncak pada 2008 saat Kamboja mencalonkan Kuil Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang ditentang Thailand dan memicu bentrokan bersenjata.
Pada 24 Juli, bentrokan kembali pecah di wilayah Segitiga Zamrud, menewaskan lebih dari 30 orang dan menyebabkan lebih dari 200.000 warga mengungsi. Gencatan senjata diberlakukan sejak 28 Juli, meski masih ada laporan pelanggaran.
Setelah konflik meningkat dan mendapat sorotan media, muncul unggahan di media sosial yang menuduh Kamboja menggunakan candi kuno untuk keperluan militer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klaim viral seorang pengguna X (dulu Twitter) menulis pada 31 Juli:
"Semua orang, sebarkan berita ini. Kamboja menggunakan situs kuno sebagai pangkalan militer, membangun bunker, melanggar konvensi internasional, dan prinsip UNESCO!!!!!"
Unggahan ini disertai dua foto dan telah ditonton lebih dari satu juta kali di berbagai platform seperti X, Facebook, Instagram, dan YouTube.
Teks dalam unggahan itu berbunyi: "Situs Warisan Suci Diubah Menjadi Pangkalan Militer, Pelanggaran Nyata terhadap Konvensi Internasional", disertai tagar "Prasat Ta Kwa". Benarkah isi foto-foto tersebut sesuai dengan klaimnya?
Cek Fakta DW: Belum Terbukti
Arsip visual dari wilayah sengketa
Pencarian gambar balik di Google menunjukkan bahwa foto-foto tersebut sudah pernah dipublikasikan sebelumnya, seperti di Facebook pada April 2025. Foto-foto itu kembali viral dua hari setelah gencatan senjata.
Kami menemukan gambar serupa dari kuil bernama Prasat Ta Krabay atau Prasat Ta Khwai. Berbekal informasi ini, kami berhasil mengidentifikasi lokasi geografis kuil tersebut. Pencarian melalui Google Street View memungkinkan kami mencocokkan sudut pengambilan gambar dengan cukup akurat, seperti terlihat pada tangkapan layar berikut.
Meski konteks foto-foto sebelumnya belum sepenuhnya dapat dipastikan, kami mengonfirmasi bahwa gambar tersebut menunjukkan kuil Prasat Ta Krabay atau Prasat Ta Khwai. Namun, foto-foto itu tidak merepresentasikan situasi terkini.
Citra dari Google Street View sejak November 2013 memperlihatkan keberadaan personel militer di lokasi, salah satunya mengenakan emblem bergambar bendera Kamboja di lengan kanan.
Kuil jadi pangkalan militer di Segitiga Zamrud
Selain Prasat Preah Vihear, kuil kuno Ta Muan Thom juga menjadi lokasi konflik antara Thailand dan Kamboja. Karena berada di wilayah sengketa, situs-situs ini sering dijaga oleh militer dan menjadi titik bentrokan.
Menurut Pavin Chachavalpongpun, profesor di Universitas Kyoto, kuil-kuil seperti Prasat Ta Krabey dan Ta Muan Thom dimanfaatkan secara strategis karena letaknya di puncak Pegunungan Dangrek, yang memberikan keuntungan pengamatan dan pertahanan.
Ia menjelaskan bahwa penempatan pasukan di situs budaya ini juga menjadi simbol klaim kedaulatan, mengubah situs warisan menjadi zona militer dan titik konflik.
Ada banyak laporan dan bukti foto tentang pembangunan bunker oleh pasukan Thailand dan Kamboja di situs Preah Vihear dan candi lainnya. Menurut Chachavalpongpun, pembangunan ini adalah konsekuensi langsung dari penggunaan situs budaya sebagai posisi militer.
Namun, DW belum menemukan bukti konkret bahwa Prasat Ta Krabay/Prasat Ta Khwai digunakan sebagai pangkalan militer atau bunker dalam beberapa hari terakhir.
Konvensi internasional dan prinsip UNESCO
Preah Vihear telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 2008, tetapi Prasat Ta Krabay/Prasat Ta Khwai belum. Meski begitu, hukum internasional melindungi situs budaya dan melarang penggunaannya untuk keperluan militer.
Pavin Chachavalpongpun menegaskan bahwa menjadikan kuil sebagai pangkalan militer tidak hanya membahayakan situs tersebut, tetapi juga berisiko hilangnya status perlindungan UNESCO.
Konvensi Warisan Dunia UNESCO tahun 1972 bertujuan melindungi warisan alam dan budaya yang bernilai universal. Mengubah situs seperti ini menjadi zona militer jelas melanggar prinsip tersebut.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Levie Wardana
Editor: Hani Anggraini
Simak juga Video: Alasan Pengungsi Perang Thailand-Kamboja Tak Mau Kembali ke Rumah