Great Barrier Reef mengalami penurunan karang hidup tahunan terbesarnya selama setahun terakhir, menurut laporan yang dirilis Rabu (05/08) oleh Institut Ilmu Kelautan.
Ilmuwan Australia yang memantau terumbu karang tersebut mendokumentasikan dampak buruk dari peristiwa pemutihan karang massal yang terjadi pada awal tahun 2024.
"[Great Barrier Reef] mengalami tingkat tekanan panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan pemutihan paling luas dan parah secara spasial yang tercatat hingga saat ini," demikian temuan laporan tersebut.
Terumbu karang Australia mungkin mencapai titik kritis
Survei terhadap terumbu karang terbesar di dunia menemukan bahwa dua dari tiga wilayahnya mencatat penurunan karang paling tajam sejak pemantauan dimulai pada tahun 1986.
Menurut laporan tersebut, wilayah utara dan selatan Great Barrier Reef paling terdampak, dengan tutupan karang menurun antara seperempat dan sepertiga setelah beberapa tahun pertumbuhan yang stabil.
Para ilmuwan mendokumentasikan peristiwa pemutihan karang terluas sejak pemantauan dimulai hampir 40 tahun yang lalu, didorong oleh suhu laut tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2024 yang memicu "tingkat tekanan panas yang belum pernah terjadi sebelumnya."
"Kami sekarang melihat peningkatan volatilitas pada tingkat tutupan karang keras," ujar Mike Emslie, kepala program pemantauan jangka panjang lembaga tersebut.
"Ini adalah fenomena yang muncul selama 15 tahun terakhir dan menunjukkan ekosistem yang sedang tertekan," tambahnya.
Perubahan iklim menyebabkan tekanan panas yang tak tertahankan bagi karang
Emslie mengatakan penyebab utama penurunan tutupan karang adalah perubahan iklim.
"Kami telah menyaksikan tutupan karang berfluktuasi antara rekor terendah dan rekor tertinggi dalam waktu yang relatif singkat, padahal sebelumnya fluktuasi tersebut moderat," imbuhnya.
Terumbu karang ini membentang sekitar 2.400 kilometer di lepas pantai Queensland di timur laut Australia.
Meskipun mengalami kerusakan, Emslie mengatakan terumbu karang itu tetap menjadi "tempat yang menakjubkan."
"Itu masih layak diperjuangkan. Kita tidak bisa menyerah begitu saja," pungkasnya.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid
Tonton juga Video: Rekomendasi Wisata Restorasi Koral di Bali
(nvc/nvc)