Pemerintah Lebanon telah menugaskan militer untuk menyusun rencana yang mengatur hanya institusi negara yang memiliki senjata sebelum akhir tahun 2025.
Langkah ini secara efektif akan melucuti senjata Hizbullah, sebuah partai politik dan kelompok militan Syiah yang didukung Iran di Lebanon.
Keputusan kabinet pada Selasa (05/08) ini diambil setelah adanya tekanan besar dari Amerika Serikat (AS) untuk melucuti senjata kelompok tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini merupakan bagian dari implementasi gencatan senjata November 2024 yang bertujuan mengakhiri lebih dari satu tahun permusuhan antara Israel dan Hizbullah, termasuk dua bulan perang besar-besaran.
Dalam perjanjian gencatan senjata tersebut, otoritas pemerintah Lebanon, termasuk militer dan layanan keamanan dalam negeri, seharusnya menjadi satu-satunya kekuatan bersenjata di Lebanon.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Nawaf Salam mengatakan, pemerintah "menugaskan militer Lebanon untuk menyusun rencana pelaksanaan pembatasan kepemilikan senjata" hanya untuk militer dan aparat negara lainnya sebelum akhir tahun ini.
Rencana tersebut akan diajukan ke kabinet sebelum akhir Agustus untuk dibahas dan disetujui, ungkap Salam dalam konferensi pers setelah sesi kabinet marathon yang berlangsung hampir enam jam.
Kenapa Hizbullah punya banyak senjata?
Hizbullah adalah partai politik sekaligus kelompok militan yang berbasis di Lebanon, dan dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, Jerman, Inggris, dan beberapa negara lainnya.
Kelompok ini adalah satu-satunya faksi yang mempertahankan senjatanya setelah perang saudara Lebanon 1975-1990, dengan alasan "perlawanan" terhadap Israel.
Hizbullah telah lama menjadi kekuatan militer terkuat di Lebanon bahkan lebih kuat dari militer negara berkat pendanaan, pelatihan, dan persenjataan dari Iran. Kelompok ini pernah dianggap sebagai aktor non-negara yang memiliki paling banyak senjata di dunia.
Namun, perang dengan Israel melemahkan Hizbullah secara signifikan, di mana persenjataan mereka dihantam habis-habisan dan banyak pemimpin politik serta militer mereka tewas.
Akankah Hizbullah setujui pelucutan senjata?
Pemimpin Hizbullah, Naim Qassem, pada Selasa (05/08) menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan melucuti senjata selama serangan Israel terus berlanjut.
"Setiap jadwal pelaksanaan di bawah... agresi Israel tidak bisa kami setujui," katanya dalam pertemuan rapat kabinet.
"Masalahnya, kami harus berikan senjata, tapi tanpa keamanan nasional. Mana mungkin? Kami tidak bisa menerimanya karena kami menganggap kelompok ini bagian fundamental dari Lebanon," ujar Qassem.
Hizbullah masih mendapat dukungan signifikan dari komunitas Syiah di Lebanon.
Namun, survei Arab Barometer yang dilakukan pada awal 2024 menemukan bahwa "meskipun Hizbullah punya pengaruh besar di Lebanon, hanya sedikit warga Lebanon yang benar-benar mendukungnya."
Kenapa Israel masih menyerang Lebanon?
Bentrokan lintas batas antara Hizbullah dan Israel sudah terjadi selama beberapa dekade. Perang terbaru meletus pada Oktober 2023 ketika Hizbullah mulai menembakkan roket ke Israel setelah pembantaian yang dilakukan Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023.
Israel terus melakukan serangan ke Lebanon meskipun ada gencatan senjata pada November 2024. Israel mengklaim, serangan itu menargetkan gudang senjata dan pejuang Hizbullah, serta menuduh kelompok tersebut berupaya membangun kembali kemampuan militernya.
Israel mengancam akan terus menyerang Lebanon sampai kelompok itu benar-benar dilucuti.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Khoirul Pertiwi
Editor: Tezar Aditya dan Hani Anggraini
Tonton juga video "Hizbullah Ancam Bakal Serang Israel Jika Perang Lebanon Berlanjut" di sini:
(ita/ita)