Pemerintah Cina akan memberikan tunjangan tahunan sebesar 3.600 yuan (USD500 atau 8,2 juta rupiah) untuk setiap anak berusia di bawah tiga tahun, menurut pemberitaan media pemerintah Cina, Xinhua, pada Senin(28/7).
Populasi Cina selama tiga tahun berturut-turut terus menurun. Negara dengan populasi terbesar kedua di dunia, setelah India, kini menghadapi krisis demografi.
Jumlah kelahiran pada tahun 2024 tercatat sebesar 9,54 juta, angka ini setengah dari angka kelahiran di tahun 2016 - tahun di mana kebijakan satu anak telah dihapuskan. Kebijakan satu anak di Cina diberlakukan pada tahun 1980 hingga 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka pernikahan di Cina juga mencapai rekor terendah. Pasangan muda menunda untuk memiliki anak, karena biaya membesarkan anak sangat tinggi, dan juga banyak mengutamakan karir mereka.
Usaha berbeda tiap provinsi menggenjot angka kelahiran
Lebih dari 20 pemerintah provinsi di Cina kini menawarkan tunjangan anak, mengutip data resmi NHC.
Pada bulan Maret, Hohhot, ibu kota Daerah Otonomi Mongolia Dalam di Cina utara, mulai memberikan tunjangan kepada keluarga untuk memiliki lebih banyak anak. Pasangan yang memiliki tiga anak atau lebih dapat menerima hingga 100.000 yuan (22,8 juta rupiah) jika menambah kelahiran bayi lagi.
Bahkan di Shenyang, provinsi Liaoning di timur laut Cina, otoritas setempat memberikan 500 yuan (2,8 juta) per bulan kepada keluarga yang memiliki anak ketiga. Tunjangan ini diberikan hingga anak berusia tiga tahun.
Untuk menciptakan "masyarakat yang mendukung kelahiran anak", provinsi Sichuan di barat daya Cina mengusulkan untuk menambah jumlah cuti pernikahan dari 5 hari menjadi 25 hari, serta menambah jumlah cuti melahirkan yang saat ini 60 hari menjadi 150 hari.
Langkah positif tapi dampak belum signifikan
Para analis mengatakan, tunjangan tersebut merupakan langkah positif, namun turut memperingatkan bahwa tunjangan tidak cukup untuk membalikkan depopulasi Cina atau untuk meningkatkan belanja domestik yang lesu.
Zhiwei Zhang, Presiden dan Ekonom Utama di Pinpoint Asset Management, mengatakan kepada Reuters, tunjangan pemerintah tersebut menunjukkan kesadaran pemerintah akan "tantangan serius" ekonomi, akibat rendahnya angka kelahiran.
Menurut ekonom Cina di Capital Economics, Zichun Huang, kebijakan ini menjadi "tonggak penting" di mana pemerintah memberi bantuan langsung kepada rumah tangga. Hal ini dapat menjadi landasan untuk transfer fiskal lanjutan di masa depan.
Namun, ia juga mengatakan jumlah tunjangan tersebut terlalu kecil, untuk berdampak pada angka kelahiran dan konsumsi dalam jangka pendek.
"Bagi pasangan muda yang baru menikah dan sudah memiliki anak, hal ini mungkin mendorong mereka untuk mempertimbangkan memiliki anak kedua," kata Wang Xue, seorang ibu dari anak berusia sembilan tahun di Beijing, kepada AFP.
Namun, ia mengatakan langkah-langkah baru ini tidak cukup untuk meyakinkannya, untuk memiliki anak kedua.
"Memiliki satu anak masih bisa diatasi, tapi jika saya memiliki dua, saya mungkin merasa sedikit tertekan secara finansial," kata perempuan berusia 36 tahun itu kepada AFP.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Agus Setiawan
Simak juga Video: 23 Ribu Bayi Lahir di Korea Selatan, Naik 11 Persen dari Tahun Lalu
(ita/ita)