Setelah lebih dari dua dekade bekerja di Dharmasthala, pusat ziarah berusia 800 tahun yang terletak negara bagian Karnataka India Selatan, mantan petugas kebersihan mengungkap skandal pemerkosaan dan pembunuhan ratusan orang yang terjadi di kompleks kuil.
Pada 3 Juli 2025, mantan pekerja kebersihan tersebut mengajukan aduan kepada polisi.
"Saya mengajukan pelaporan ini dengan hati yang sangat berat dan saya melakukannya untuk pulih dari rasa bersalah yang tidak lagi terbendung ... Saya tidak lagi mampu menanggung beban dari ingatan pembunuhan yang saya saksikan dan dari ancaman kematian terus-menerus serta siksaan dari pukulan - jika saya tidak mengubur mayat-mayat tersebut, saya akan dikubur bersama mereka," sebagaimana dikutip dari laporan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang pelapor, berasal dari komunitas Dalit β kelompok dari kasta terendah di India yang secara historis terpinggirkan selama berabad-abad β dia mengatakan telah bekerja di kuil Dharmasthala dari tahun 1995 hingga 2014. Sebagian besar tugas kebersihan harian dilakukannya di dekat Sungai Nethravathi, dekat kuil Dharmasthala.
Dari salinan laporan yang dilihat DW, pria tersebut mengatakan dia "melihat mayat-mayat muncul" di dekat sungai.
"Di antara mereka, mayat perempuan lebih banyak," kata laporan tersebut.
Baginya tidak jelas bagaimana mayat-mayat tersebut sampai di sana.
'Dipaksa membuang ratusan mayat'
Awalnya dia mengira mayat-mayat tersebut adalah orang-orang yang bunuh diri dan tenggelam. Namun, dia segera menyadari kekeliruannya.
"Banyak mayat perempuan ditemukan tanpa pakaian atau pakaian dalam," katanya dalam pernyataannya.
"Beberapa mayat menunjukkan secara jelas tanda-tanda kekerasan seksual dan kekerasan seperti luka atau bekas cekikan."
Pelapor mengatakan dia dipaksa untuk membuang ratusan mayat, banyak di antaranya gadis yang sepertinya masih di bawah umur.
Dia mendeskripsikan satu insiden yang sangat mengerikan dan terpatri dalam ingatannya saat menemukan jenazah seorang gadis remaja.
"Dia mengenakan kemeja seragam sekolah. Namun, rok dan pakaian dalamnya hilang. Tubuhnya menunjukkan tanda-tanda jelas pelecehan seksual," menurut pengaduannya. "Ada bekas cekikan di lehernya. Mereka memerintahkan saya untuk menggali lubang dan menguburnya bersama tas sekolahnya."
Pria tersebut juga menulis tentang pembunuhan yang "sangat kejam" yang terjadi di kota dekat kuil.
"Laki-laki miskin dan tunawisma yang datang untuk mengemis di daerah Dharmasthala dibunuh secara sistematis β¦ Mereka diikat ke kursi di ruangan dan dicekik dari belakang menggunakan handuk. Pembunuhan ini terjadi di hadapan saya," katanya.
Mengapa baru diungkap sekarang?
Tanpa mengungkap identitas pelaku, saksi mengklaim para atasannya di kuil tidak melaporkan kasus-kasus tersebut kepada pihak berwenang. Sebaliknya, mereka memukuli sang pelapor serta memaksanya untuk "membuang mayat-mayat secara diam-diam."
Atasannya pun turut mengancam dengan mengatakan: "Kami akan memotong tubuhmu menjadi beberapa bagian dan menguburnya seperti mayat-mayat lain. Kami akan mengorbankan seluruh anggota keluargamu."
Pria tersebut menceritakan bagaimana dia melarikan diri dari Dharmasthala pada tahun 2014 setelah seorang gadis di keluarganya diduga dilecehkan secara seksual oleh seseorang yang terkait dengan atasannya di kuil. Dia pun memilih untuk melarikan diri dari Dharmasthala bersama keluarganya mencari tempat perlindungan yang lebih aman.
Sejak itu, keluarganya hidup bersembunyi di negara bagian tetangga dan sering pindah tempat tinggal, katanya. Namun berpindah tempat tidak membuatnya bebas dari rasa bersalah,"Saya masih hidup di bawah beban rasa bersalah yang tidak kunjung hilang," jelasnya. "Tapi hati nurani saya tidak lagi mengizinkan saya untuk terus diam."
Kini dia menuntut pertanggungjawaban dari para pelaku kejahatan, dan menawarkan bantuan untuk mengekskavasi jenazah korban agar para korban menerima "penghormatan dan upacara pemakaman yang layak."
Pihak berwenang memulai penyelidikan
S Balan, seorang pengacara senior di Mahkamah Agung Karnataka dan aktivis hak asasi manusia, mengatakan bahwa pembunuhan dan hilangnya orang secara misterius di Dharmasthala bermula di tahun 1979.
"Jiwa-jiwa ratusan gadis yang hilang diculik, diperkosa, dan dibunuh meminta keadilan," jelas Balan seperti yang dikutip dari Al Jazeera. "India belum pernah menyaksikan kejahatan seberat ini terjadi pasca kemerdekaan."
Bersama tim pengacara, S. Balan menemui Gubernur Karnataka, Siddaramaiah, pada Rabu (16/7) dan mendesaknya untuk membentuk Tim Investigasi Khusus (SIT) guna menyelidiki kasus pemerkosaan dan pembunuhan massal ini.
Pada 22 Juli, pemerintah Karnataka membentuk Tim Penyelidikan Khusus (SIT) untuk menyelidiki pembunuhan massal dan tuduhan terhadap pihak pengelola kuil.
Terungkapnya kasus ini turut mendorong keluarga gadis-gadis Dharmasthala yang hilang atau meninggal dalam keadaan misterius untuk membuka kembali kasus-kasus tersebut dan menuntut penyelesaiannya β beberapa di antaranya bahkan terjadi di tahun 1980-an.
Keluarga seorang gadis berusia 17 tahun yang diduga diperkosa dan dibunuh pada tahun 2012 meminta kepada pemerintah untuk menyelidiki kasus putri mereka melalui SIT.
Sujatha Bhat, seorang mantan juru tulis di Biro Investigasi Pusat yang putrinya menghilang secara misterius pada tahun 2003, juga telah mengajukan pengaduan baru ke polisi.
"Ada setidaknya 367 kasus orang hilang atau tewas di Dharmasthala," kata pengacara Balan.
Seorang juru bicara Dharmasthala, K. Parshwanath Jain, mengatakan bahwa administrasi kuil mendukung "penyelidikan yang adil dan transparan", serta lebih lanjut mengatakan," kasus yang dilaporkan ke kantor polisi Dharmasthala yang menuduhkan beberapa mayat dikuburkan di sana telah memicu perdebatan, spekulasi, dan kebingungan secara nasional."
Untuk menguatkan laporannya, mantan pekerja kebersihan tersebut mengatakan bahwa ia kembali menggali sisa-sisa tulang dari salah satu lokasi pemakaman dan menyerahkan foto-foto terkait kepada pihak berwenang.
Ojaswi Gowda, pengacara yang mewakili pelapor, mengatakan kepada DW bahwa "polisi Dharmasthala seharusnya dapat mengunjungi langsung lokasi di mana pelapor mengklaim telah mengubur mayat-mayat tersebut, tetapi hal tersebut pun tidak dilakukan."
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Rizki Nugraha
Simak juga Video '3 Orang Tewas Akibat Berdesakan di Festival Rath Yatra India':
(ita/ita)