Riset: Pandemi COVID-19 Mempercepat Penuaan Otak

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Jumat, 25 Jul 2025 14:38 WIB
Jakarta -

Hasil penelitian ini menambah panjang daftar efek jangka panjang pandemi terhadap kesehatan global dan perkembangan otak.

Studi tersebut menunjukkan, pandemi mempercepat penuaan otak rata-rata hingga 5,5 bulan, terlepas dari apakah orang terinfeksi virus corona atau tidak. Perubahan ini paling terlihat pada orang tua, pria, dan mereka yang berasal dari latar belakang sosioekonomi yang rentan.

Usia otak berkaitan dengan fungsi kognitif, dan dapat berbeda dari usia orang sebenarnya.

Usia otak seseorang dapat diperlambat atau dipercepat oleh penyakit seperti diabetes, HIV, dan penyakit Alzheimer. Penuaan otak yang lebih cepat dapat memengaruhi memori, fungsi sensorik, dan fungsi emosional. Para penulis studi mengatakan bahwa penuaan otak yang mereka amati kemungkinan masih dapat kembali 'diremajakan'.

"Pandemi memicu stres pada kehidupan orang, terutama mereka yang menghadapi banyak kesulitan. Kami belum menguji apakah penuaan yang kami lihat dapat kembali 'diremajakan', tetapi hal tersebut tentu mungkin dilakukan, dan itulah kabar baiknya," ujar penulis utama studi tersebut, Dorothee Auer, seorang ahli saraf di Universitas Nottingham, Inggris.

Frank Slack, direktur HMS Initiative for RNA Medicine dan Cancer Research Institute di Harvard Medical School di AS, mengatakan, "penelitian ini merupakan karya yang luar biasa, menunjukkan pada populasi besar bahwa COVID-19 memiliki dampak serius pada kesehatan otak, terutama pada pria dan orang tua." Slack tidak terlibat dalam penelitian ini.

Studi Accelerated brain ageing during the COVID-19 pandemic ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature Communications.

Apa pengaruh pandemi terhadap fungsi otak manusia?

Penelitian ini menggunakan pemindaian otak dan tes kognitif, untuk menyelidiki dampak negatif COVID-19 terhadap penuaan fisik dan kognitif otak.

Para peneliti menganalisis hasil pemindaian otak dari orang dewasa sehat, yang diambil sebelum dan setelah pandemi, sebagai bagian dari riset UK Biobank.

"[Ini] adalah momen langka, mengamati bagaimana peristiwa besar dalam hidup dapat mempengaruhi otak," kata Stamatios Sotiropoulos, seorang ahli saraf di Universitas Nottingham dan penulis utama studi ini.

Mula-mula para peneliti menggunakan data pemindaian otak dari 15.334 orang sehat, untuk melatih algoritma pembelajaran mesin memperkirakan usia otak dengan akurat.

Model tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi usia otak dari 996 orang dewasa yang terbagi dalam dua kelompok.

Kelompok utama (kelompok pandemi) dengan peserta yang memiliki data pemindaian sebelum dan setelah pandemi, serta kelompok lainnya, kelompok pembanding (kontrol), hanya memiliki data pemindaian otak sebelum pandemi terjadi.

Otak menua juga pada mereka yang tidak terinfeksi COVID-19

Penelitian ini mengungkapkan, otak partisipan dari kelompok pandemi menua rata-rata 5,5 bulan lebih cepat dibandingkan otak kelompok pembanding, bahkan ketika dicocokkan dengan berbagai penanda kesehatan.

Jacobus Jansen, seorang ahli saraf di Maastricht UMC, Belanda, mengatakan hasil yang mengejutkannya adalah "penuaan tidak bergantung apakah responden terinfeksi COVID-19 atau tidak." Hal ini menunjukkan, faktor lingkungan dan psikologis selama pandemi (stres, isolasi, perubahan rutinitas) bisa menyebabkan perubahan struktur otak, bukan virus itu sendiri.

Pertanyaan lainnya yang ingin dijawab oleh para peneliti adalah, bagaimana pandemi ini memiliki efek jangka panjang terhadap kesehatan kognitif masyarakat. Faktor genetik tertentu, menurut penelitian lainnya, dapat membuat beberapa kelompok orang lebih rentan mengalami penuaan otak akibat COVID-19.

"[Pada tahun 2022], kami mendeskripsikan penuaan dini otak penderita COVID yang parah. Sayangnya, semua pasien yang kami periksa telah meninggal dunia akibat COVID, sehingga tidak memungkinkan untuk menindaklanjuti dan menganalisis arsitektur otak secara mendetail dari waktu ke waktu," kata Slack.

Dapatkah meremajakan kembali otak?

Studi neurosains menunjukkan, ada beberapa cara untuk memperlambat penuaan otak dan mengurangi risiko penurunan kognitif.

Olahraga, misalnya, adalah faktor yang mencegah penuaan otak, itulah sebabnya "akan sangat menarik untuk menilai pola olahraga selama pandemi, di samping stres psikologis, dalam model mereka," kata Maria Mavrikaki, seorang ahli saraf di Harvard Medical School, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penelitian lain menunjukkan, penuaan otak dapat diperlambat dengan perubahan gaya hidup seperti makan makanan yang sehat, tetap aktif secara fisik dan mental, mengelola stres, dan tidur yang cukup.

Saat gaya hidup sehat dan olah raga menjadi bagian dari rutinitas, fungsi otak kita akan tetap optimal di masa depan.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Agus Setiawan

width="1" height="1" />

Lihat juga Video Menkes soal Covid-19: Variannya Omicron yang Lemah, Jangan Khawatir




(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork