Polisi Turki Bubarkan Parade LGBTQ+, Puluhan Orang Ditangkap

Polisi Turki Bubarkan Parade LGBTQ+, Puluhan Orang Ditangkap

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Senin, 30 Jun 2025 13:34 WIB
Jakarta -

Polisi di Istanbul pada Minggu (29/06), menggagalkan upaya digelarnya pawai LGBTQ+, atau yang dikenal sebagai parade Pride yang sebelumnya telah dilarang. Menurut keterangan para aktivis dan seorang politisi oposisi, polisi menahan lebih dari 50 orang yang mencoba melakukan pawai.

Acara tahunan Istanbul Pride telah dilarang oleh otoritas Turki sejak 2015, termasuk tahun ini.

Sebelumnya, Gubernur Istanbul Davut Gul telah melarang komunitas LGBTQ+ mengadakan parade Pride. Ia beralasan bahwa acara tersebut "merusak perdamaian sosial, struktur keluarga, dan nilai-nilai moral."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tak ada toleransi bagi perkumpulan atau pawai yang mengancam ketertiban umum," tambahnya dalam cuitan di X.

Penjagaan polisi yang ketat terlihat di sejumlah titik penting kota mencegah terjadinya kerumunan besar massa. Menurut laporan AFP, alun-alun Taksim yang biasa menjadi salah satu tempat utama di Istanbul untuk demonstrasi, perayaan, dan aksi, sudah diblokir oleh polisi sejak Minggu pagi.

ADVERTISEMENT

Polisi juga terlibat bentrok dengan para aktivis yang membawa bendera pelangi, yang menjadi simbol Komunitas LGBTQ+, di pusat kota Istanbul.

Sebuah video yang diposting di X oleh Queer Feminist Scholars, seorang pengunjuk rasa meneriakkan, "Kami tidak menyerah, kami datang, kami percaya, kami di sini," dalam video juga terlihat saat peserta parade berlarian menghindari penangkapan.

Penindasan komunitas LGBTQ+ di Turki

"Rezim istana (yang berkuasa) tidak bisa mempertahankan kekuasaan dengan menggambarkan komunitas LGBTQ seolah-olah mereka jahat," kata Kezban Konukcu, seorang anggota parlemen dari Partai oposisi DEM yang hadir dalam pawai tersebut.

Homoseksualitas tidak dianggap sebagai kejahatan di Turki, tetapi Presiden Recep Tayyip Erdogan semakin sering menggunakan pernyataan yang keras terhadap komunitas LGBTQ+ dalam satu dekade terakhir.

Pada bulan Januari lalu, Erdogan mendeklarasikan tahun 2025 sebagai "Tahun Keluarga". Ia menyebut penurunan angka kelahiran di Turki sebagai ancaman yang nyata, dan menuding gerakan LGBTQ+ sebagai ancaman bagi keluarga tradisional.

"Tujuan utama dari kebijakan netralisasi gender, di mana isu LGBT dijadikan alat untuk menyerang, adalah melemahkan keluarga dan kesakralan institusi keluarga," Ujar Erdogan saat itu.

Human Rights Watch dan Amnesty International telah memperingatkan bahwa retorika dan tindakan pemerintah Turki telah menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi komunitas LGBTQ+. Hal itu turut berdampak pada meningkatnya diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok tersebut.

Seperti dikutip dari Reuters, meskipun dilarang, kelompok-kelompok kecil aktivis terus merayakan Pride setiap tahun. Mereka mengatakan bahwa respons polisi yang semakin agresif mencerminkan penindasan yang lebih luas terhadap perbedaan pendapat dan kebebasan berkumpul di Turki.

Tulisan ini diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris

Diadaptasi oleh: Tezar Aditya

Editor: Prita Kusumaputri

Lihat juga Video 'Karut Marut Pembukaan Olimpiade Paris':

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads