Seberapa Tangguh Ekonomi Israel?

Seberapa Tangguh Ekonomi Israel?

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Kamis, 19 Jun 2025 19:25 WIB
dw
Tutupnya pasar di Kampung Kristen di kota tua Yerusalem (Foto: (THOMAS COEX/AFP/Getty Images)
Jakarta -

Perang adalah perkara mahal. Selain menciptakan kehancuran, tragedi perorangan, dan korban jiwa, biaya pengadaan dan pengerahan peralatan militer menelan biaya besar.

Perang juga menguras tenaga kerja, sebagaimana yang saat ini dirasakan perekonomian Israel.

Sejak kelompok militan Islam Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023, Israel meluluhlantakkan Jalur Gaza, yang diikuti serangan udara ke Lebanon sebagai balasan atas serangan rudal dan drone oleh Hezbollah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pekan lalu, Israel juga menyerang sasaran di dalam wilayah Iran untuk melumpuhkan program nuklir milik Teheran.

Masalah besar, anggaran besar

Bagi negara sekecil Israel, eskalasi konflik dengan cepat berimbas terhadap perekonomian. Banyak tentara cadangan yang dipanggil untuk bertempur, misalnya, terpaksa meninggalkan pekerjaan untuk sementara.

ADVERTISEMENT

Selain itu, izin kerja bagi warga Palestina juga banyak yang dibatalkan, ketika akses lintas perbatasan makin sulit, yang memperparah kekurangan tenaga kerja.

Akibatnya, pengisian lowongan pekerjaan menjadi tantangan. Pada April, tingkat pengangguran Israel tercatat 3%, turun dari 4,8% pada 2021.

Di saat bersamaan, pemerintah menggandakan belanja pertahanan. Tahun 2024, anggaran militer naik 65% menjadi 46,5 miliar dolar AS, menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute.

Jumlah tersebut setara dengan 8,8% dari PDB, tertinggi kedua di dunia setelah Ukraina.

Israel pada tahun 2025 mengesahkan anggaran terbesar dalam sejarahnya, dengan USD215 miliar, naik 21% dari tahun 2024.

Dari jumlah itu, sekitar USD38,6 miliar dialokasikan untuk pertahanan, menurut laporan The Times of Israel.

Masa depan ekonomi penuh ketidakpastian

Profesor ekonomi dari Coller School of Management, Universitas Tel Aviv, Itai Ater, mengatakan saat ini perang menelan biaya yang "sangat mahal" dan memicu "ketidakpastian besar dalam jangka pendek dan panjang."

"Biaya militer, baik di fron ofensif maupun defensif, sangat tinggi. Beban ini pasti akan berdampak pada anggaran, defisit, PDB, dan utang negara," kata Ater kepada DW.

Selama 20 bulan terakhir, banyak warga sipil Israel yang menjalani tugas militer selama berbulan-bulan. Banyak pula yang dievakuasi dari rumah mereka di daerah perbatasan, menyebabkan disrupsi besar dalam kehidupan warga.

Sejak serangan terakhir pekan lalu, banyak pekerja, terutama di sektor manufaktur, perdagangan, teknologi, dan pendidikan yang menganggur, tambah Ater.

Penerbangan komersial dari dan ke Israel juga masih ditangguhkan. Sebagian besar maskapai telah mengevakuasi armada pesawatnya, dan wilayah udara di hampir penjuru Timur Tengah juga ditutup.

Kenaikan pajak demi tutupi biaya perang

Untuk mengendurkan tekanan fiskal, pemerintah akhirnya menaikkan pajak. Awal tahun ini, pajak pertambahan nilai (PPN) untuk sebagian besar barang dan jasa naik dari 17% menjadi 18%. Pajak kesehatan yang dipotong dari gaji karyawan, serta iuran asuransi nasional, juga meningkat.

Menurut profesor emeritus ekonomi dari Universitas Haifa, Benjamin Bental, ekonomi Israel terpukul dalam satu setengah tahun terakhir, namun "menunjukkan ketahanan yang mengejutkan," kata dia.

Karena ketika sektor pariwisata, manufaktur, konstruksi dan pertanian tertekan, industri teknologi tinggi, pertahanan, dan ritel makanan tetap kuat. Pada 2024, PDB Israel mencapai lebih dari USD540 miliar, melampaui tahun-tahun sebelumnya.

Bental menyoroti keberhasilan sektor teknologi tinggi dan ketatnya pasar tenaga kerja. Hingga kini, kekhawatiran bahwa infrastruktur energi dan internet akan diserang oleh Hezbollah atau Iran juga belum terbukti, sehingga aktivitas bisnis tetap berjalan.

Ketergantungan pada industri teknologi tinggi

Israel dikenal sebagai negara industri teknologi tinggi. Selain mempekerjakan 12% dari total tenaga kerja, sektor ini menyumbang sekitar 25% dari total penerimaan pajak penghasilan berkat tingginya upah rata-rata, menurut laporan Jefferies, bank investasi asal AS.

Produk dan layanan teknologi tinggi mencakup 64% dari ekspor negara dan sekitar 20% dari PDB.

Namun, jumlah pekerja di sektor teknologi mengalami stagnasi sejak tahun 2022, menurut laporan Otoritas Inovasi Israel pada April. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir, jumlah tenaga kerja lokal di sektor teknologi menurun, sementara semakin banyak pekerja yang memilih pindah ke luar negeri untuk jangka panjang.

Saat ini, sekitar 390 ribu pekerja teknologi berada di Israel, sementara 440 ribu lainnya bermukim di luar negeri. Kenaikan pajak dikhawatirkan mendorong lebih banyak perusahaan atau tenaga kerja yang fleksibel untuk hengkang.

Risiko jangka panjang

Ketidakpastian situasi di Israel dan sekitarnya menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar tenaga kerja, pelaku usaha, dan investor.

"Namun, jika melihat pasar saham dan nilai tukar, investor terlihat cukup optimistis, karena mungkin berharap perang akan segera berakhir, atau ancaman nuklir Iran bisa dinetralisir, dan ekonomi akan pulih," ujar Ater.

Kendati risiko jangka pendek meningkat, risiko bagi investor akan bergantung pada berapa lama konflik berlangsung dan bagaimana akhirnya.

"Jika skenario alternatif terjadi, yakni perang jangka panjang dengan Iran, maka perekonomian sulit berkembang," tambahnya.

Ke depan, Ater menilai persoalan keamanan, terutama konflik Israel-Palestina, tetap menjadi tantangan jangka panjang bagi perekonomian.

Selain itu, dia menyoroti pentingnya mencermati perpecahan sosial di dalam negeri serta reformasi yudisial yang bisa berdampak pada institusi demokrasi.

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh: Rizki Nugraha
Editor: Hendra Pasuhuk

Tonton juga "Rudal Iran Hantam Gedung Tingkat Israel, 25 Orang Terluka" di sini:

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads