Pabrik otomotif Audi mengumumkan pada hari Senin (17/3), perusahaan akan memangkas 7.500 lapangan pekerjaan di Jerman. Alasannya, adanya "tantangan besar" saat industri otomotif negara itu berjuang dengan anjloknya permintaan kendaraan listrik di Jerman dan meningkatnya persaingan dengan produsen mobil Cina.
Pemangkasan lapangan kerja itu akan dilaksanakan sampai akhir tahun 2029, berjumlah 8% dari keseluruhan tenaga kerja global Audi dan ditujukan untuk meningkatkan "produktivitas, kecepatan, dan fleksibilitas," kata Audi dalam sebuah pernyataan.
"Kondisi ekonomi telah menjadi semakin sulit, tekanan persaingan, dan ketidakpastian politik menghadirkan tantangan besar bagi perusahaan," demikian pernyataan Audi, yang merupakan anak perusahaan Volkswagen (VW).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen janjikan penyusutan lapangan kerja tanpa PHK
Namun Audi menegaskan, penyusutan lapangan kerja tidak akan dilakukan dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Direktur Utama Audi Gernot Dllner mengatakan: "Tidak akan ada PHK hingga akhir tahun 2033. Di masa ekonomi yang sulit, ini adalah kabar baik bagi semua karyawan."
Program jaminan kerja saat ini, yang mencegah pemutusan hubungan kerja, akan diperpanjang hingga akhir tahun 2033. Sebelumnya, program ini berlaku hingga akhir tahun 2029.
Penyusutan lapangan kerja hingga akhir tahun 2029 diperkirakan akan terjadi melalui pemberhentian sukarela, berakhirnya kontrak kerja atau pekerja memasuki masa pensiun dan tempat kerjanya tidak diisi karyawan baru.
Guncangan sektor otomotif Jerman
Selama puluhan tahun, industri otomotif ibaratnya telah menjadi putra mahkota industri Jerman. Tetapi situasi ekonomi yang sulit telah menyebabkan penjualan mobil menurun drastis.
Pengumuman penyusutan lapangan kerja di Audi menjadi pukulan terkini bagi sektor otomotif yang sedang mengalami guncangan besar, terutama setelah angka penjualan di pasar ekspor utama di Cina terus menurun.
Produsen otomotif Jerman mengalami hambatan teknologi dalam peralihan dari mobil konvensional ke mobil listrik, dan di pasar global menghadapi persaingan ketat dari Cina dan Amerika Serikat. Sektor ini juga masih dihantui ancaman tarif impor oleh pemerintahan Trump di AS.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris.
Simak Video 'Polisi Ungkap Ada WNI Pekerja Online Scam di Myanmar yang Tak Mau Pulang':
(ita/ita)