Kenapa Eropa Khawatirkan Aksi Mogok Buruh Gas di Australia?

Kenapa Eropa Khawatirkan Aksi Mogok Buruh Gas di Australia?

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Senin, 21 Agu 2023 22:29 WIB
Ilustrasi buruh gas (DW)
Jakarta -

Rencana aksi mogok di pusat pengolahan gas alam cair (LNG) terbesar kedua di Australia memaksa Uni Eropa memutar otak untuk mengendalikan pasokan dan inflasi. Aktivisme para pekerja di instalasi milik Chevron itu berbarengan dengan negosiasi alot perihal kenaikan upah di instalasi LNG lain milik Woodside Energy Group Ltd.

Akibatnya, pekan lalu, harga gas alam di Eropa melonjak 40 persen sebagai reaksi atas rencana para buruh di Australia Barat. Pada Jumat (18/8) silam, harga gas bertengger tinggi di kisaran €36,90 per megawatt/jam.

"Fasilitas-fasilitas ini mewakili 10 persen total nilai ekspor LNG global," kata Ana Maria Jaller-Makarewicz, analis energi di Institut untuk Analisa Keuangan dan Ekonomi Energi (IEEFA), kepada DW.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia memprediksi harga gas di Eropa akan tetap tinggi selama konflik upah di Australia masih berlangsung.

Suplai minimal untuk musim dingin

Kamis (17/8) lalu, Uni Eropa mengumumkan jumlah cadangan gas alam cair mencapai 90,12 persen dari total kapasitas penyimpanan. Target itu tercapai tiga bulan sebelum tenggat yang diberikan, klaim Brussels.

ADVERTISEMENT

Namun begitu, jumlah tersebut hanya cukup untuk memenuhi sepertiga kebutuhan gas Eropa di musim dingin.

"Bahkan jika kapasitas penyimpanan hampir penuh, jumlahnya hanya mencukupi untuk mengamankan suplai minimal di musim dingin," kata Thierry Bros, guru besar kebijakan energi di Universitas Po di Paris.

"Eropa masih membutuhkan suplai gas tambahan dan kita pastinya membutuhkan jumlah LNG yang lebih besar ketimbang tahun lalu."

Harga gas di Eropa biasanya meningkat di musim dingin lantaran kebutuhan yang tinggi. Tahun ini, harga diprediksi bisa mencuat ke level €50/mwh, yang bakal membebani kocek para pelaku industri dan konsumen.

Persaingan di Asia

Gas Australia selama ini lebih banyak diekspor ke Jepang, Korea Selatan dan China. Adapun Uni Eropa hanya membeli sejumlah kecil kebutuhan gasnya dari negara tersebut. Anjloknya produksi LNG di sana dikhawatirkan bakal memicu persaingan antara UE dan China.

"Jika Australia gagal menepati kuota produksi gasnya tahun ini, Anda bisa bertaruh bahwa China akan bertarung dengan Uni Eropa atau AS untuk membeli gas dari Qatar, terlebih mengingat kapasitas penyimpanan yang kecil di China," kata Bros.

"Jika ada kelangkaan, maka akan selalu ada persaingan besar untuk membeli cadangan gas terakhir, dan saat itulah kita akan melihat lonjakan harga yang dramatis."

Namun begitu, proses transformasi menuju energi terbarukan bisa membantu Eropa mengatasi kurangnya pasokan gas, kata Jalles-Makarewiecz, merujuk pada konsumsi gas UE yang anjlok sebanyak 12 persen dibandingkan tahun lalu.

"Jika tren ini berlanjut, dampak aksi mogok di Australia tidak akan terlampau besar," kata dia, sembari menganjurkan UE agar mendorong kedaulatan energi dengan mengurangi konsumsi gas dan secepatnya beralih ke teknologi terbarukan.

rzn/hp

(haf/haf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads