Permintaan Global Merosot, Aktivitas Pabrik di Asia Melambat

Permintaan Global Merosot, Aktivitas Pabrik di Asia Melambat

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Senin, 03 Apr 2023 17:13 WIB
Jakarta -

Jepang dan Korea Selatan, dua negara yang sangat bergantung pada ekspor, melihat aktivitas manufaktur mengalami kontraksi pada bulan ini. Pertumbuhan ekonomi di Cina juga mandeg, lantaran pihak berwenang mencoba untuk menjaga inflasi dan mengurangi hambatan dari merosotnya prospek global.

"Dengan pertumbuhan global yang akan tetap melemah di kuartal mendatang, kami perkirakan output manufaktur di Asia akan tetap berada di bawah tekanan," kata Shivaan Tandon, pakar ekonomi Asia di Capital Economics.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Global Caixin/S&P Cina berada di 50,0 pada Maret ini, jauh lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 51,7 dan di bawah indeks pada Februari lalu yang ada pada kisaran 51,6.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Fondasi pemulihan ekonomi masih belum kokoh. Ke depan, pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada dorongan permintaan domestik, terutama perbaikan konsumsi rumah tangga," kata Wang Zhe, ekonom senior Caixin Insight Group, di PMI Cina.

Sementara itu, PMI Korea Selatan turun menjadi 47,6 di bulan Maret dari 48,5 di bulan Februari, berkontraksi pada laju tercepat dalam enam bulan, karena permintaan ekspor terdampak akibat lemahnya permintaan global.

ADVERTISEMENT

PMI sektor jasa au Jibun Bank terakhir naik di 49,2 pada bulan Maret, dari 47,7 pada Februari, tetapi tetap di bawah ambang batas 50, karena pesanan baru menyusut selama sembilan bulan berturut-turut.

Sebuah survei bank sentral terpisah yang dirilis pada hari Senin (03/04) menunjukkan sentimen produsen besar Jepang memburuk pada Januari-Maret ke level terendah dalam lebih dari dua tahun, karena minimnya permintaan eksternal yang berdampak pada tantangan bagi perusahaan yang sedang bergulat dengan kenaikan biaya bahan baku.

Sektor manufaktur India berkembang pesat

India di sis lain menghadirkan setitik harapan di kawasan ini, dengan sektor manufakturnya yang berkembang pesat dalam tiga bulan karena peningkatan produksi dan pesanan baru. Negara Asia selatan ini menunjukkan ekonominya berada di posisi yang lebih baik daripada sebagian besar negara Asia lainnya dalam menghadapi perlambatan permintaan dari luar negeri.

Survei menunjukkan, aktivitas pabrik yang melambat pada bulan Maret juga dialami Vietnam dan Malaysia, berbeda dengan Filipina yang sedikit berkembang pada Februari lalu.

Sementara gangguan pasokan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 sebagian besar telah kembali pulih dan berjalan dengan sendirinya. Namun, berkurangnya permintaan mikrochip dan tanda-tanda baru perlambatan pertumbuhan global telah muncul dan berdampak bagi banyak negara di Asia.

Inflasi dan pertumbuhan global melambat

Runtuhnya dua bank Amerika Serikat bulan lalu dan pengambilalihan salah satu bank terbesar Swiss, Credit Suisse telah menambah ketidakpastian prospek global dan memicu gejolak pasar serta timbulnya potensi kerentanan dalam sistem keuangan dunia.

Sementara ada indikasi Federal Reserve (bank sentral Amerika Serikat) akan segera menghentikan siklus pengetatannya, prospek ekonomi dunia tetap dibayangi oleh masalah sektor perbankan, inflasi yang masih tinggi, dan pertumbuhan global yang melambat.

Tekanan eksternal dan ketidakpastian membuat beberapa negara ekonomi utama, yang digerakkan oleh ekspor di Asia, menjadi rentan di tengah upaya kebangkitan sektor bisnis yang sempat anjlok karena COVID-19 selama bertahun-tahun.

"Mengingat sebagian besar hambatan dari suku bunga yang lebih tinggi belum masuk ke ekonomi maju, kami memperkirakan pertumbuhan global dan permintaan ekspor Asia akan tetap lemah di kuartal mendatang," lapor Capital Economics.

ha/as (Reuters)

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads