Amerika Serikat sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan pembatasan baru COVID-19 bagi para pendatang dari China, demikian pernyataan pejabat pemerintah pada hari Selasa (27/12). Pernyataan para pejabat yang meminta namanya dirahasiakan itu dikutip oleh Bloomberg dan kantor berita Reuters.
China saat ini tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para pengamat bahkan menyebut data statistik resmi menyembunyikan tingkat keparahan wabah corona yang sebenarnya. Selain itu, China juga akan segera mengizinkan warganya meninggalkan negara itu lagi.
"Ada kekhawatiran yang meningkat di komunitas internasional tentang lonjakan COVID-19 yang sedang berlangsung di China dan kurangnya data transparan, termasuk data urutan genom virus, yang dilaporkan dari RRT," kata pejabat tersebut, yang menggunakan inisial Republik Rakyat Tiongkok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China buka pintu bagi wisatawan
Pelonggaran kebijakan nol COVID telah menghidupkan kembali prospek wisata untuk pertama kalinya sejak awal 2020. Mulai 8 Januari 2023, orang yang mendarat di China β termasuk warga negara China yang kembali β tidak lagi wajib dikarantina selama lima hari. Proses aplikasi paspor juga akan dilanjutkan dari tanggal tersebut.
Pengumuman tersebut menyebabkan lonjakan frekuensi ke situs web perjalanan China karena maskapai penerbangan berlomba untuk menghadirkan kembali rute internasional.
Jepang dan negara lain memperketat aturan bagi pengunjung dari China
Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan pada hari Selasa (27/12) bahwa Jepang akan memperketat kontrol perbatasan dengan mewajibkan tes untuk semua pengunjung dari China mulai hari Jumat (30/12) sebagai tindakan darurat sementara terhadap lonjakan infeksi di sana.
"Ada kekhawatiran yang berkembang di Jepang," kata Kishida. "Kami telah memutuskan untuk mengambil tindakan khusus sementara untuk menanggapi situasi tersebut."
Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sangat prihatin dengan meningkatnya laporan kasus parah di seluruh China.
Pekan lalu, India juga mengamanatkan tes COVID-19 untuk pendatang dari China, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, dan Thailand, serta mewajibkan karantina bagi mereka yang menunjukkan gejala atau yang hasil tesnya positif. India juga telah mulai menguji secara acak 2% penumpang internasional yang tiba di bandara.
Mengikuti langkah Jepang dan India, Malaysia juga mengumumkan peningkatan tindakan pelacakan dan pengawasan tambahan sebagai tanggapan atas situasi di China.
Menanggapi pertanyaan tentang persyaratan India dan Jepang, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada hari Selasa (27/12) bahwa "tindakan COVID harus ilmiah, moderat, dan tidak boleh memengaruhi arus individu yang normal."
ha/gtp (Reuters, AP)