Jerman Mulai Kewalahan Hadapi Gelombang Pengungsi Ukraina

Jerman Mulai Kewalahan Hadapi Gelombang Pengungsi Ukraina

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Rabu, 02 Nov 2022 12:32 WIB
Jakarta -

Krisis energi dan inflasi akibat perang di Ukraina mulai berdampak pada pemerintahan kota di Jerman. Mereka kekurangan staf dan kekurangan sumber daya, sementara gelombang pengungsi masih terus berdatangan.

Pejabat kota Cottbus, sekitar 130 km di tenggara Berlin, mengatakan kepada DW mereka masih punya tempat untuk menampung pengungsi, tetapi tidak banyak lagi. Sebenarnya masalah tempat tinggal bukan persoalan yang sangat mendesak, tetapi bagaimana mengelola dan mengorganisasi kehidupan para pengungsi itu.

Pengungsi Ukraina di Cottbus tinggal di apartemen sendiri, bukan di tempat penampungan, kata juru bicara kota, jadi situasinya lebih baik. Tapi tantangan besarnya adalah mengintegrasikan para pendatang baru ke dalam kehidupan kota, terutama dalam hal menyediakan pendidikan dan perawatan kesehatan yang memadai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintahan federal mengganti dana untuk biaya suaka, tetapi bukan biaya operasionalnya," kata Stefanie Kaygusuz-Schurmann, kepala departemen pendidikan dan integrasi Cottbus, kepada DW. Sedangkan kota ini kekurangan penerjemah dan staf untuk menawarkan bantuan ekstra, tambahnya. Jadi skarang semuanya bergantung pada kemurahan hati para relawan. Termasuk para pekerja media yang masih berjuang untuk memenuhi mengatasi beban pasien reguler dan beban baru pasien pengungsi perang.

Beban berat bagi pemerintahan daerah

Terletak di perbatasan ke Polandia, Cottbus menjadi pusat eksodus warga Ukraina ke Jerman setelah Rusia menyerbu pada Februari lalu. Banyak dari sekitar satu juta pengungsi yang datang melewati kota yang berpenduduk hanya 100.000 orang ini.

ADVERTISEMENT

Sekitar 1.500 pengungsi Ukraina telah ditempatkan di sini, menurut statistik kota. Sepertiganya adalah anak dan remaja usia sekolah. Itu berarti, sekitar 500 anak dan remaja, dengan berbagai tingkat pendidikan, kemampuan bahasa, dan trauma akibat perang, perlu segera masuk ke dalam sistem sekolah setempat.

Cottbus, seperti banyak bagian Jerman, sudah menghadapi masalah infrastruktur sebelum perang Ukraina. Pejabat kota berusaha melakukan kampanye pelatihan dan perekrutan. Tapi, tidak ada yang bisa terjadi dalam semalam, kata mereka. Semuanya membutuhkan dukungan keuangan negara bagian dan pemerintahan federal. Mereka mengeluh bahwa pemerintah federal membiarkan mereka dalam kesulitan, dan bahwa bantuan yang dijanjikan pada awal tahun ini belum juga kelihatan.

Migrasi sebagian besar adalah tanggung jawab negara bagian. Distribusi pengungsi didasarkan pada algoritma yang memperhitungkan populasi negara dan pendapatan pajaknya. Itu berarti, negara bagian seperti Nordrhein-Westfalen (NRW) yang padat penduduk dan relatif kaya harus menerima sekitar 21% pengungsi Jerman, menurut Kantor Migrasi Federal, sementara negara di bagian timur Jerman seperti Brandenburg, menerima 3%. Cottbus terletak di negara bagian Brandenburg.

Didera gelombang krisis silih berganti

Pertemuan antara pemerintahan negara bagian dan pemerintahan federal awal bulan ini dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan yang semakin besar. Nancy Faeser, menteri dalam negeri federal, mengumumkan akan menyediakan lebih banyak perumahan bagi para pengungsi, tetapi dia tidak memberikan lebih banyak uang atau menguraikan rencana untuk bulan-bulan mendatang. Rincian itu baru dijadwalkan keluar pada bulan November.

Sementara masuknya pencari suaka telah berkurang sejak lonjakan setelah pecahnya perang awal tahun ini, permohonan suaka masih tetap lebih tinggi daripada tahun-tahun sebelumnya.

"Kami telah menerima lebih banyak pengungsi daripada rekor angka tahun 2015," kata Gerald Knaus, ketua Inisiatif Stabilitas Eropa kepada DW. "Salah satu tujuan Rusia adalah menargetkan infrastruktur penting dan pusat-pusat sipil, untuk mendorong lebih banyak orang melarikan diri (dari Ukraina)."

Padahal Jerman juga masih menerima pengungsi tambahan dari Afghanistan, dan warga Rusia yang lari menghindari wajib militer. Ketidakpastian di Iran saat ini juga membuat Jerman Uni Eropa harus "bersiap," menerima lebih banyak pengungsi, tambah Gerald Knaus.

Sementara para pejabat dan kelompok bantuan di Jerman mengatakan bahwa mereka berada dalam posisi yang lebih baik untuk menangani pengungsi dibanding situasi tahun 2015, ketika sekitar satu juta tiba dari Timur Tengah dan sebagian Asia Tengah, tetapi mereka masih harus membenahi situasi setelah pandemi COVID-19, yang menempatkan pendidikan dan sistem kesehatan di garis depan.

(hp/pkp)

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads