Pemadaman Listrik di China Berpotensi Ganggu Rantai Produksi Global

Pemadaman Listrik di China Berpotensi Ganggu Rantai Produksi Global

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Selasa, 28 Sep 2021 18:14 WIB
Jakarta -

Sebanyak 23 buruh di sebuah pabrik di kota Liaoyang dilarikan ke rumah sakit usai keracunan gas menyusul matinya sistem ventilasi akibat pemadaman listrik. Beruntung, tidak seorangpun berada dalam kondisi kritis, lapor stasiun televisi CCTV, Senin (27/9).

Insiden itu merupakan pertanda datangnya krisis energi di jantung manufaktur Cina.

Sejak pemerintah menetapkan kuota energi, pabrik-pabrik tutup berkala agar tidak melampaui batas konsumsi listrik. Ekonom dan pegiat lingkungan melaporkan, sektor manufaktur sudah menghabiskan jatah listrik untuk tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejar permintaan pasar pasca pandemi

Produksi diklaim melonjak untuk memenuhi permintaan ekspor pascapandemi. Sebab itu penutupan pabrik di Cina dikhawatirkan akan berdampak pada perdagangan global.

Sebuah perusahaan yang memasok komponen untuk produsen elektronik AS, Apple, misalnya harus menyegel pabriknya di barat kota Shanghai atas perintah otoritas lokal. Eson Precision Engineering Co. Ltd. menyebut penutupan pabrik "sudah sesuai dengan kebijakan pembatasan listrik oleh pemerintah lokal," tulis perusahaan dalam keterangan persnya, Minggu (26/9).

ADVERTISEMENT

Apple sejauh ini belum berkomentar soal gangguan pada pemasok utama komponen untuk iPhone itu.

Pembatasan listrik demi efisiensi oleh pemerintah Cina juga membuat perusahaan energi kelimpungan. Tanpa bisa membebankan kenaikan ongkos produksi kepada konsumen, harga listrik saat ini, "melampaui batas yang bisa ditanggung oleh industri listrik Cina," kata Li Shuo, pakar iklim di Greenpeace, Beijing.

Menurut Li, sejumlah provinsi memangkas kapasitas produksi karena sudah menghabiskan sebagian besar kuota listrik tahunan.

Demi perspektif masa depan

Pemadaman listrik di jantung manufaktur Cina di tengah derasnya permintaan global menggariskan komitmen Beijing memperbaiki neraca lingkungan, menurut laporan lembaga konsultan Jepang, Nomura, Senin (27/9).

"Ketegasan Beijing dalam menegakkan batasan konsumsi energi bisa menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang. Tapi ongkos ekonomi jangka pendek bisa substansial," tulis ekonom Nomura, Ting Lu, Lisheng Wang dan Jing Wang.

Mereka menulis, dampak pemadaman listrik diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi Cina dari 5,1 menjadi 4,7 persen, dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Adapun pertumbuhan tahunan juga menyusut dari 8,2 persen menjadi 7,7 persen untuk tahun ini.

Perlambatan ekonomi dipandang perlu untuk mendorong industri yang haus energi agar mau beroperasi lebih efisien dan minim polusi.

Saat ini Cina masih merupakan salah satu produsen gas rumah kaca terbesar di dunia. Namun sektor manufaktur yang ikut memotori pertumbuhan selama ini digerakkan oleh listrik dari batu bara atau minyak bumi.

Pertengahan Oktober mendatang, pemimpin dunia akan bertemu secara virtual di kota Kunming untuk membahas krisis iklim. Dalam kesempatan itu, Presiden Xi Jinping diyakini akan mengabarkan kemajuan Cina memangkas emisinya.

Baru-baru ini pemerintah di Beijing mengumumkan akan berhenti berinvestasi untuk energi batu bara di luar negeri.

rzn/as (rtr,afp)

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads