Uni Eropa (UE) dan China bertekad merampungkan negosiasi kesepakatan investasi pada akhir 2020 yang akan memberi perusahaan Eropa akses yang lebih besar ke pasar dalam negeri China, ungkap para pejabat dan diplomat pada hari Jumat (18/12).
Setelah negosiasi selama enam tahun, kesepakatan ini bisa jadi merupakan langkah besar dalam memperbaiki hubungan antara Uni Eropa dengan China setelah mewabahnya virus Corona dan tindakan keras Beijing di Hong Kong.
Perjanjian Komprehensif UE-China terkait investasi ini akan menempatkan sebagian besar perusahaan UE pada posisi yang sama dengan perusahaan lokal di China. Perjanjian ini juga diharapkan dapat mengakhiri apa yang dikatakan UE sebagai diskriminasi serta subsidi negara yang tidak adil kepada perusahaan lokal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Negosiasi saat ini berada di tahap akhir," ujar Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Jumat. Seorang pejabat UE juga mengatakan kesepakatan telah tercapai setelah adanya dorongan dari Jerman sebagai negara eksportir Eropa terbesar ke China.
Bila jadi disepakati, pakta ini akan menjadi secercah harapan dari banyaknya pesimisme pada tahun ini. Diluncurkan pada 2014, negosiasi antara UE dan China sempat macet selama bertahun-tahun. Uni Eropa mengeluh bahwa China gagal memenuhi janjinya untuk mencabut pembatasan investasi Eropa.
Poin ketenagakerjaan masih bermasalah
Komisi Uni Eropa mengatakan pakta investasi adalah kunci untuk mengatasi kurangnya keseimbangan perdagangan antara UE dengan China.
Meski digadang sebagai negara raksasa dagang, China juga khawatir akan diisolasi oleh negara-negara Barat setelah Amerika Serikat meningkatkan perang dagang dengan Beijing. Brussels pun telah mengambil langkah-langkah untuk lebih dekat memantau investasi China di sektor strategis Eropa, kata seorang pejabat Uni Eropa.
Poin penting terbesar dalam menyegel pakta investasi terkait dengan pembangunan berkelanjutan ini adalah masalah ketenagakerjaan, kata seorang diplomat senior Barat di Beijing.
China belum meratifikasi empat dari delapan konvensi utama Organisasi Perburuhan Internasional, termasuk tentang kerja paksa dan hak untuk berunding bersama, yang menurut UE harus disetujui sebelum adanya perjanjian perdagangan apa pun.
Hubungan China - AS kian renggang
Sementara Amerika Serikat dikabarkan akan menambahkan puluhan perusahaan asal China, termasuk perusahaan pembuat chip SMIC, ke daftar hitam perdagangan. Dua orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis (17/12).
Langkah tersebut dipandang sebagai upaya terbaru Presiden Donald Trump untuk menegaskan kebijakannya terhadap negara itu. Departemen Perdagangan AS juga dikabarkan akan menambahkan sekitar 80 perusahaan dan afiliasi tambahan ke daftar entitas tersebut, hampir semuanya adalah berasal dari China.
Kementerian Luar negeri China mengatakan bahwa jika benar, daftar hitam ini akan menjadi bukti penindasan AS terhadap perusahaan China dan bahwa Beijing akan terus mengambil "tindakan yang diperlukan" untuk melindungi hak-hak mereka.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan perilaku keliru penindasan yang tidak beralasan terhadap perusahaan asing," kata juru bicara kementerian Wang Wenbin pada konferensi pers reguler di Beijing, Jumat.
Belum ada konfirmasi dan komentar SMIC dan Departemen Perdagangan tentang masalah ini.
Pemerintahan Trump sering menggunakan daftar entitas - yang sekarang mencakup lebih dari 275 perusahaan dan afiliasi yang berbasis di China - untuk memukul industri utama negara ini. Yang termasuk dalam daftar tersebut antara lain adalah raksasa peralatan telekomunikasi Huawei Technologies Co dan 150 afiliasinya, dan ZTE Corp atas tuduhan pelanggaran sanksi, serta pembuat kamera pengintai Hikvision atas dugaan penindasan terhadap minoritas Uighur.
ae/hp (Reuters)
Simak video 'China Klaim 100 Juta Warganya Keluar dari Jurang Kemiskinan':