Ekonomi China Catat Angka Pertumbuhan Terendah Sejak 1990

Ekonomi China Catat Angka Pertumbuhan Terendah Sejak 1990

Deutsche Welle (DW) - detikNews
Senin, 20 Jan 2020 09:49 WIB
Foto: Getty Images/AFP
Beijing - Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, perekonomian Cina melemah dan hanya mencatat pertumbuhan 6,1 persen pada tahun 2019, menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional hari Jumat (17/1). Inilah angka pertumbuhan terlemah sejak tahun 1990.

Pemerintah Cina memang sebelumnya sudah memprediksikan bahwa angka ekonomi hanya akan mencapai kisaran 6,0 sampai 6,5 persen, lebih rendah dibanding angka tahun 2018 yaitu 6,6 persen.

Pemerintah Cina dalam sebuah pernyataan mengatakan, ekonomi saat ini menghadapi "tekanan ke bawah" dan "sumber ketidakstabilan dan titik risiko" di luar negeri yang makin meningkat.

Para eksportir di Cina memang terpukul oleh perang tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump, yang mulai menerapkan tarif impor tambahan terhadap ratusan produk dari Cina dua tahun lalu. Cina lalu membalas kebijakan itu dengan menerapkan tarif impor terhadap produk-produk AS.

Perang dagang antara dua perekonomian terbesar dunia ini sempat membangkitkan kekhawatiran besar di kalangan ekonomi dan politik, karena bisa menjerumuskan dunia ke dalam krisis global baru.

Perlambatan ekonomi juga bersifat struktural

Negosiator AS dan Cina minggu ini menandatangani apa yang disebut "Kesepakatan Perdagangan Fase Satu" menandai pendekatan baru antara kedua adidaya ekonomi yang sedang bertikai itu. Washington dan Beijing sama-sama berjanji untuk tidak menerapkan tarif impor baru. Beijing juga menyatakan akan membeli barang-barang AS senilai 200 miliar dolar selama dua tahun ke depan.

Bank Dunia dalam sebuah laporan yang dirilis bulan ini mengatakan, pelemahan ekspor Cina terutama merupakan dampak dari perang dagang. Kekhawatiran ekonomi pada gilirannya menekan angka permintaan domestik.

Tetapi para analis juga mencatat bahwa perlambatan ekonomi Cina juga bersifat struktural, karena negara itu pada saat yang sama menghadapi tantangan demografis, seperti semakin berkurangnya jumlah orang di usia kerja.

Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di Oxford Economics mengatakan kepada kantor berita AFP, perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina adalah bagian dari "situasi normal baru" yang juga sering dihadapi oleh negara-negara lain dengan angka pertumbuhan tinggi.

hp/yf (afp, rtr, ap)



Simak Juga Video "Virus Baru di China, WHO Imbau Seluruh Rumah Sakit Dunia Waspada"

[Gambas:Video 20detik] (ita/ita)




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads