Massa pendukung Donald Trump semakin beringas saat merangsek masuk gedung Capitol Hill, Amerika Serikat. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata ke arah massa untuk membubarkan.
Kerusuhan terjadi saat Kongres dan Senat AS melakukan pengesahan kemenangan Joe Biden sebagai Pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS. Kecamuk di halaman Gedung Capitol itu kemudian menelan satu korban jiwa.
Di titik yang berbeda, sebagian pendukung Trump yang berasal dari organisasi masyarakat sayap kanan, Proud Boys menerobos barikade polisi di Jalan Black Lives Matter dekat Gedung Putih. Aparat mencoba memukul mundur pengunjuk rasa dengan menggunakan granat kejut atau flashbang. Baku hantam antara polisi dan massa pendukung Trump pun tak terelakkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain bentrok di halaman Capitol Hill, Sidang Kongres Amerika Serikat juga terpaksa dihentikan sementara. Polisi mengevakuasi seluruh staf dan anggota Kongres ke lokasi yang lebih aman.
Juru Bicara Pentagon Jonathan menyebut seluruh pasukan penjaga Washington DC telah dikerahkan. Pasukan itu berkekuatan 1.100 orang. Sementara dari Virginia dan Maryland juga dikirim pasukan penjaga dan polisi negara bagian.
Para pendukung Trump menyebut diri mereka Gerakan Penyelamatan AS. Mereka menggunakan topi merah yang jadi simbol kampanye mantan pengusaha real estate itu. Trump bahkan kembali menyerukan perlawanan terhadap hasil Pemilu sebelum kerusuhan terjadi.
"Kita tidak akan mengakuinya (hasil pilpres AS 2020) ketika terjadi kecurangan. Negeri kita sudah muak," tegas Trump di atas panggung di depan pendukungnya dikutip Reuters.
(/)