Menengok Mapia, Benteng Pasifik di Utara Papua

Sudut Pandang

Menengok Mapia, Benteng Pasifik di Utara Papua

20detik Signature - detikNews
Senin, 02 Okt 2023 06:53 WIB
Jakarta -

Dihuni oleh sekitar 289 kepala keluarga, warga Mapia bertahan hidup sebagai nelayan dan petani kopra. Hidup di Mapia berarti harus bersiap jauh dari jamahan teknologi. Bukan hal asing, kawasan-kawasan terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan memang identik dengan kendala komunikasi. Begitu pula dengan Mapia, budaya modern bagai semburat cahaya di ujung senja.

Beberapa warga mengakui, jarak adalah kendala utama penghambat perkembangan daerah di sana. Setidaknya, butuh waktu 20 jam perjalanan menuju gugusan pulau Mapia. Itu pun waktu yang ditempuh menggunakan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo milik TNI Angkatan laut. Durasi untuk mengarungi Pasifik bisa saja lebih lama jika menggunakan kapal biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Siti Yawan, perempuan paruh baya yang sudah tinggal di Mapia sepanjang hidupnya itu mengatakan, sinyal internet serta listrik menjadi komoditas super langka di kampungnya. Bantuan panel surya yang diberikan pemerintah sudah rusak dan tidak dapat digunakan. Ditambah lagi, sulitnya perjalanan menuju pulau tempat tinggalnya membuat mereka kepayahan untuk mengakses informasi.

"Kalau musim angin sudah tidak ada lagi kapal. Kadang satu bulan, kadang lebih dari itu (baru ada kapal. Kalau tidak ada beras lagi, kami makan burak, pisang, itu saja yang kami punya," kata Siti kepada tim Sudut Pandang detikcom, Senin (2/10).

ADVERTISEMENT

Jarak dan waktu adalah pertaruhan pertama yang dilewati oleh anak-anak Mapia. Hanya memiliki fasilitas pendidikan hingga sekolah dasar, anak-anak Mapia harus memilih antara berhenti sekolah dan tetap tinggal dengan orang tua mereka, atau melanjutkan pendidikan di pulau Biak yang berarti berpisah dari keluarga.

Cendra Arius, Kepala desa Kampung Mapia menjelaskan bahwa saat ini hanya ada satu sekolah dasar yang digunakan oleh anak-anak pulau. Meski kondisi fisik bangunan terlihat sangat memprihatinkan ditambah dengan minimnya fasilitas belajar-mengajar, warga cukup bersyukur dengan adanya tenaga pendidik di sana.

Persoalan pendidikan, bagi arius merupakan permasalahan serius. Anak-anak lulusan SD yang dikirim ke Biak belum tentu bisa memperoleh hak mereka sebagai siswa dari keluarga kurang mampu. Oleh sebab itu, Cendra meminta kepada pemerintah pusat agar praktik penyaluran bantuan bisa diawasi hingga pelosok nusantara.

"Mapia ini masuk di dalam wilayah hukum kabupaten Supiori. Berhubung akses pelayaran kita sudah lintas kabupaten, jadi ketika anak-anak kita yang sudah tamat dari SD ini sampai ke Biak, kita sudah lintas kabupaten. Jadi hak-hak yang macam afirmasi itu mereka kehilangan di kabupaten Supiori atau Biak," kata Cendra

Sebagai kepala pemerintahan di wilayah itu, Cendra menyebutkan bahwa secara administratif Mapia berada dalam kondisi darurat. Dari sisi kesejahteraan, warga tidak serta merta dapat hidp layak meski hasil alam dapat mereka dapatkan setiap saat. Mahalnya komoditas bahan pokok menjadi salah satu ekses dari jauhnya wilayah Mapia dari pulau Papua.

"Kami dari sisi pemerintah, dari sisi keluarga. Ya itu kami berharap mendapatkan perhatian yang lebih prima lagi. Karena kami berada di titik yang tersulit untuk hitungan sebuah kabupaten atau provinsi," ungkap Cendra.

Kendala komunikasi juga membuat masalah ini lepas dari perhatian pemerintah. Menteri Sosial RI Tri Rismaharini mengakui baru mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi warga Mapia tepat saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di sana. Bertujuan awal karena mendengar adanya kebutuhan air bersih serta tenaga listrik, Risma mengaku kaget setelah melihat sendiri kondisi sekolah serta puskesmas yang tidak layak pakai.

"Sebetulnya informasi itu sangat tidak tidak terlalu banyak. Saat di awal, mereka menyampaikan kondisi kekurangan air, kemudian tidak ada listrik, nah kita penuhi ke situ. Tapi tadi saat kita ke sana berkembang masalah pendidikan, masalah kesehatan, puskesmas yang rusak, kemudian juga masalah pemberdayaan dan terutama transportasi," ungkap Risma dalam lawatannya ke Mapia bertajuk Ekspedisi Mapia 2023.

Bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut, rombongan Risma mengarungi Atlantik menggunakan Kapal Bantu Rumah Sakit milik Koarmada llli KRI Wahidin Sudirohusodo 991. Bersama kedatangannya, Risma membawa sejumlah barang bantuan bagi masyarakat Mapia. Ia mengatakan, beberapa barang yang dibawanya diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan para warga.

"Ya mereka akan menjadi penjaga negara kesatuan kita. Memang sekarang kondisinya aman, tapi kalau mereka kuat secara ekonomi dan kemudian kita perhatikan kepentingan mereka, terutama kepentingan untuk mereka di dalam jangka pendek atau jangka panjang. Mereka akan menjadi kuat. Artinya mereka adalah identitas awal yang pertama kali dengan berbatasan negara," tutur RIsma.

(vys/vys)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads